Apolinarisme adalah sebuah ajaran teologis Kristen yang dikembangkan oleh Apolinaris dari Laodikia pada abad ke-4. Ajaran ini berusaha menjelaskan bagaimana Yesus Kristus dapat memiliki dua kodrat, yaitu ilahi dan manusiawi, sekaligus dalam satu pribadi.
Inti Ajaran Apolinarisme:
Penolakan Akan Dua Kodrat Lengkap dalam Kristus:
Apolinaris mengajarkan bahwa Yesus Kristus memiliki tubuh manusia dan "jiwa" manusia (elemen yang menghidupkan), tetapi bukan "pikiran" atau "akal" manusia (yang membuat manusia sepenuhnya manusiawi). Menurutnya, pikiran manusia Yesus digantikan oleh Logos (Firman Allah), sehingga dalam satu pribadi Kristus, ada unsur ilahi yang menggantikan unsur manusia sepenuhnya.
Persatuan Ilahi dan Manusia:
Apolinaris mengajarkan bahwa jika Kristus memiliki pikiran manusiawi dan ilahi secara bersamaan, itu akan menyebabkan konflik dalam dirinya. Oleh karena itu, dia percaya bahwa bagian manusia yang paling penting, yaitu pikiran (nous), harus digantikan oleh yang ilahi. Ini berarti Kristus adalah satu kesatuan, dengan kodrat ilahi yang mengendalikan kodrat manusiawi-Nya.
Tujuan Pengajaran:
Tujuan dari ajaran ini adalah untuk mempertahankan kesatuan Kristus sebagai satu pribadi yang utuh. Apolinaris berargumen bahwa dua kodrat lengkap, manusiawi dan ilahi, dalam satu pribadi akan menyebabkan adanya dua pribadi yang berbeda, yang dia pandang sebagai suatu ketidakmungkinan teologis.
Penolakan dan Pengaruh:
Ditolak sebagai Bidat: Ajaran Apolinarisme ditolak oleh Gereja, terutama dalam Konsili Konstantinopel Pertama pada tahun 381. Gereja Ortodoks, Katolik, dan sebagian besar denominasi Kristen menolak Apolinarisme karena dianggap merusak kemanusiaan Yesus yang penuh, yang penting untuk pemahaman keselamatan Kristen.
Pengaruhnya: Meskipun ditolak, Apolinarisme memengaruhi diskusi teologis lebih lanjut tentang kodrat Kristus dan membantu dalam pembentukan ajaran yang lebih lengkap mengenai Kristologi dalam konsili-konsili berikutnya, terutama Konsili Kalsedon pada tahun 451.
Kesimpulannya, Apolinarisme berusaha mempertahankan keilahian Kristus, tetapi dengan mengorbankan pemahaman tentang kemanusiaan-Nya yang penuh, yang akhirnya dianggap sebagai ajaran yang menyimpang dari ortodoksi Kristen.
Komentar
Posting Komentar