Langsung ke konten utama

BENARKAH TERDAPAT KONTRADIKSI DALAM PENULISAN SILSILAH YESUS?


1. INJIL MATIUS MENCATAT SILSILAH YESUS DARI DAUD TERDAPAT 27 GENERASI, SEDANGKAN INJIL LUKAS MENCATAT ADA 42 GENERASI. MANA YANG BENAR DIANTARA KEDUA INJIL INI?

Matius 1:1-17
Lukas 3:23-38

JAWAB :

~ Kedua-duanya benar!. Matius mencatat dari garis keturunan Yusuf, sedangkan Lukas mencatat dari garis keturunan Maria.

~ Matius memotong (menghilangkan) beberapa generasi  dari jalur Yesus ke Yusuf. Dalam tradisi Yahudi kadang dengan alasan tertentu mereka bisa memangkas beberapa generasi dari urutan silsilah, dan itu adalah hal yang lumrah bagi mereka.

2. MENGAPA TERDAPAT PERBEDAAN NAMA DALAM SILSILAH YESUS YANG DITULIS OLEH MATIUS DAN LUKAS?

~ Terdapat perbedaan nama dalam tulisan Lukas maupun Matius, karena memang dimulai dari jalur yang berbeda. Matius memulai dari jalur Yusuf, sedangkan Lukas memulai dari jalur Maria.

Matius mencatat silsilah Yesus dari Daud melalui Salomo (Matius 1:6-7) sedangkan Lukas menulis silsilah Yesus dari Daud melalui Natan  (Lukas 3:31)

Natan adalah salah seorang anak Daud (2 Samuel 5:13-14)

3. MANA DALILNYA BAHWA MEMOTONG (MENGHILANGKAN) BEBERAPA GENERASI DALAM TRADISI SILSILAH YAHUDI ADALAH HAL YANG LUMRAH?

JAWAB :

Berikut beberapa dalil yang membuktikan bahwa dalam tradisi Yahudi terkadang untuk alasan tertentu mereka bisa memangkas (menghilangkan) beberapa generasi dari garis silsilah.

~ Ezra 7:1-5 mencatat tentang silsilah keturunan Harun, tapi jika dibandingkan dengan catatan 1 Tawarikh 6:1-14 maka terlihat bahwa silsilah Harun dalam Tawarikh lebih panjang.

Juga dalam Matius 1:8, disini dikatakan bahwa Yoram memperanakan Uzia. Tapi jika dibandingkan dengan 

2 Raja 8:24-25
2 Raja 11:1-2
2 Raja 14:1
2 Raja 15:1

Maka berdasarkan ayat-ayat diatas seharusnya urutan/kronologis dari silsilah Yoram adalah : Yoram-Ahazia-Yoas-Amazia-Azarya (Yun : Uzia). Sehingga jelas bagi kita bahwa Matius memang mencomot beberapa generasi dari silsilah Yesus sesuai dengan kebiasaan dalam tradisi Yahudi.

4. MENGAPA YUSUF BISA MENGGANTIKAN NAMA MARIA DALAM PENULISAN SILSILAH YESUS SEDANGKAN YUSUF BUKAN ANAK KANDUNG ELI?

JAWAB : 

~Karena bangsa Yahudi menganut sistem patrilineal, sehingga nama ibu tidak dicatat dalam garis silsilah (Lukas 3:23).

~Dan juga terkadang pada waktu menulis istilah "anak" Lukas tidak sedang merujuk kepada pengertian biologis (Lukas 3:38). Jika dalam menulis silsilah Lukas tidak selalu merujuk pada pengertian anak secara biologis, maka pada saat Lukas menulis "Yusuf anak Eli", itu artinya yang dimaksud oleh Lukas adalah anak menantu bukan anak kandung.

~Selain itu dalam kebudayaan Yahudi ada pernikahan yang dikenal dengan istilah pernikahan Levirat. Pernikahan Levirat artinya pernikahan ipar, tujuan pernikahan ini adalah jika seorang saudara meninggal dalam keadaan belum memiliki keturunan, maka saudara dari almarhum ini boleh menikahi istrinya dengan tujuan untuk meneruskan keturunan atas nama suami pertama. Dengan aturan seperti ini, maka dalam suatu silsilah bisa muncul suatu nama dalam garis silsilah tanpa hubungan biologis (Ulangan 25:5-6, Bilangan 27:8, Bilangan 36:6-9).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m