Langsung ke konten utama

BAGAIMANA CARA ARGUMENTASI VAN TILLIAN BEKERJA?

Bagaimana argumentasi Van Tillian digunakan, misalnya dalam menghadapi orang ateis?

Cara apologetika klasik [mis. argumen kosmologis]:

1) Segala sesuatu memiliki penyebab.
2) Urut-urutan sebab dan akibat tidak mungkin tidak ada batasnya, karena kalau tidak ada batasnya maka yang namanya akibat tidak akan pernah ada [terjadi].
3) Karena itu, pastilah ada penyebab utama yang tidak disebabkan.
4) Nah, penyebab utama ini sangat cocok dengan Allah yang diajarkan oleh Alkitab.
5) Dengan demikian Allah yang diajarkan Alkitab itu sungguh-sungguh ada.

Perhatikan bahwa argumen kosmologis tersebut, berangkat dari hukum sebab akibat lalu menyimpulkan bahwa Allah yang dipercaya orang Kristen itu ada [eksis]. Anda tidak melihat sama sekali isi proposisi-proposisi dari Alkitab di dalamnya.

Cara apologetika Van Tillian:

Karena Van Til menegaskan bahwa ada jurang pemisah [antitesis] antara orang Kristen dan yang non-Kristen, maka kita tidak dapat berargumen secara langsung kepada mereka dengan dasar logika yang netral. Argumentasi yang kita pakai adalah tidak langsung. Artinya, kita coba berdiri di posisi ateisme untuk kemudian menunjukkan kemustahilannya. Setelah itu, kita sampaikan rasionalitas dan kebermaknaan iman Kristen dengan menggunakan kebenaran Alkitab. Berikut contoh singkatnya.

Ketika orang ateis menolak keberadaan Allah, maka mereka tidak memiliki poin referensi yang mutlak. Misalnya ketika mereka melihat eksistensi kejahatan di dunia. Jika mereka menerima eksistensi kejahatan, maka mereka juga harus menerima eksistensi kebaikan. Jika ada kebaikan dan kejahatan, maka harus ada hukum moral yang mengatur keduanya. Jika ada hukum moral yang mengatur keduanya maka harus ada pembuat hukumnya. Pembuat hukum ini haruslah di atas manusia dan bersifat sempurna. Orang Kristen menyebutnya Tuhan. Tetapi Tuhan inilah yang mereka sangkal keberadaan-Nya. Nah, kalau Tuhan tidak ada sebagaimana pendapat mereka, maka eksistensi hukum moral menjadi mustahil, dan jika hukum moral tidak ada, maka kebaikan dan kejahatan tidak dapat dibedakan. Jika kebaikan dan kejahatan tidak dapat dibedakan, maka kejahatan tidak dapat didefinisikan. Di dalam konteks ini, maka kejahatan tidak dapat dipahami. Jika demikian orang-orang ateis tidak dapat membicarakan kejahatan dalam bentuk apapun. Inilah ketidakbermaknaan kepercayaan ateisme. [Ravi Zacharias pernah menggunakan argumen ini, walaupun dia bukanlah sepenuhnya apologet presaposisionalis, tetapi di sini dia menggunakan argumen presaposisi].

Nah, setelah kita menunjukkan ketidakbermaknaan ateisme, kemudian kita mengajak mereka untuk coba berdiri di posisi Kristen kita, dan menunjukkan bahwa makna dan nilai, serta fakta dan hukum hanya bisa dipahami jika kita mempresaposisikan Allah Tritunggal yang diajarkan Alkitab. Di sini kita bisa merumuskan sendiri bagaimana bernilai dan bermaknanya iman Kristen kita. Artinya, proposisi-proposisi kebenaran Alkitab dapat anda sajikan di sini secara rasional.

~Dikutip Dari Group Studi Reformed MYM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m