Langsung ke konten utama

BENARKAH BAHWA YANG DISALIB ITU BUKAN YESUS? [TANGGAPAN APOLOGETIK TERHADAP PENYANGKALAN PENYALIBAN YESUS]

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali


PENGANTAR

Berdiri sebagai sebuah negara besar yang majemuk, yang di dalamnya memuat sejumlah agama dan kepercayaan yang beragam, Indonesia tak jarang menghadapi gesekan kepercayaan antara satu dengan yang lain.

Gesekan itu bisa meledak menjadi konflik horizontal yang besar seperti yang terjadi di Ambon Maluku beberapa tahun silam, ataupun hanya sekedar percikan- percikan kecil, berupa perdebatan-perdebatan di dinding-dinding sosial media.

Perdebatan agama di Indonesia memang sudah menjadi hal yang lumrah dan bersifat musiman. Seperti biasa iman dan kepercayaan Kristiani memang sering menjadi samsak hidup bagi polemikus-polemikus dari pihak sebelah, terutama pada bulan Desember atau April seperti ini.

Pada bulan Desember isu kontroversial yang diangkat biasanya adalah perihal tanggal pasti kelahiran Yesus. Sedangkan di bulan April isunya tak jauh-jauh dari seputar "Benarkah bahwa yang disalib itu bukan Yesus?".

1.  SERANGAN DARI LUAR

Ide menulis artikel ini juga sebenarnya lahir dari sebuah TS Facebook yang di tulis oleh teman FB saya, Pak Jimmy Jeffry. Beliau menulis di "wall" nya tentang "fakta-fakta historis penyaliban Yesus dibalik penolakan Yahudi". Di TS itu beliau tidak hanya memaparkan narasi tapi juga data historis. Lalu, tiba-tiba seorang polemikus yang akun FB nya bernama Salman Alfarisi Sinaga berkomentar menyanggah bahwa tak ada satupun murid Yesus yang melihat langsung peristiwa penyaliban itu. Orang ini mengutip Nats Markus 14:50. 

Markus 14:50 "Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri."

Markus 14:50 memang mencatat bahwa peristiwa penangkapan Yesus sempat membuat nyali para murid-murid-Nya ciut. Murid-murid itu memang lari dan  meninggalkan Yesus pada malam itu. Tapi apakah sepenggal nats ini bisa membawa kita pada kesimpulan, bahwa tak ada saksi mata sama sekali pada peristiwa penyaliban itu? Jawabannya tentu tidak!.

Pertanyaan lainnya, mengapa pihak-pihak luar sangat getol menyerang dan membantah peristiwa penyaliban itu? Hal ini tak bisa lepas dari kitab suci agama lain yang membantah peristiwa penyaliban Yesus. Dan di narasikan bahwa yang disalibkan sebenarnya bukanlah Yesus tapi orang lain yang diserupakan seperti Yesus.

QS 4 An Nisa 157-158 :

( 157 ) dan karena ucapan mereka :“Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa

( 158 ) Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS 4 An Nisa 157-158)

2. DATA BIBLIKAL

Si Salman tadi hanya mengcomot beberapa ayat Alkitab lalu membuang konteksnya. Jika dilihat dari perikopnya dan dibaca dari ayat 43 sampai ayat 52, maka konteks saat itu adalah peristiwa penangkapan bukan penyaliban. Juga tersedia ayat-ayat paralel yang lain yang memberitahu kita bahwa para murid adalah saksi dari peristiwa penyaliban itu.

Memang benar bahwa pada saat penangkapan para murid meninggalkan Yesus dan melarikan diri.

Matius 26:56 "Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi." Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri."

Namun ini tidak berarti bahwa mereka pergi menjauh dan tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan Yesus. Mereka tetap mengikuti Yesus dari jauh.

Yohanes 18:15 "Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar."

Matius 26:58 "Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu."

Lukas 22:54 "Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh."

Disebutkan juga bahwa Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus, namun ini bukan berarti murid-murid yang lainnya tidak mengikuti. Bahkan murid yang terkasih dan para perempuan berada dekat salib Yesus.

Yohanes 19:25 "Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena."

Yohanes 19:26 "Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" 

Sesudah kebangkitan Yesus, para perempuan yang menjumpai kubur yang kosong datang menyampaikan kepada para murid yang sedang berkumpul.

Lukaz 24:9 "Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain."

Hal ini menunjukkan bahwa para murid masih berada di Yerusalem tidak pergi kemana-mana dan menunjukan bahwa mereka tahu pasti Yesus disalib, mati dan kemudian bangkit.

2. DATA EKSTRABIBLIKAL

Yang dimaksud dengan data ekstrabiblikal adalah data-data diluar Alkitab yang mengafirmasi peristiwa penyaliban Yesus. Jika kepercayaan kita hanya berdasarkan kitab suci sebagai satu-satunya dokumen yang mengonfirmasi peristiwa penyaliban itu, maka para polemikus bisa saja menuduh bahwa Alkitab memang sengaja ditulis untuk meneguhkan klaim kristen. 

Tapi, ternyata fakta penyaliban Yesus juga dicatat oleh sumber-sumber kuno secara historis diluar kitab suci. Walaupun kita tak menjadikan sumber-sumber ekstrabiblikal ini sebagai pedoman kita, pedoman kita tetaplah Alkitab sebagai Sola Scriptura, tapi data-data ini membantu meneguhkan klaim inneranci Alkitab dari sudut pandang historis.

Berikut beberapa data sejarah yang ikut mencatat dan bersaksi bahwa peristiwa penyaliban itu adalah benar adanya :

1. Flavius Josephus, Sejarawan Yahudi (37-100 M) :

"Ketika Pilatus mendengar Dia (Yesus) dituduh oleh orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi diantara kami, telah mengutuk dia untuk disalibkan". 

2. Cornelius Tacitus, Sejarawan Romawi (55-120 M) :

"Nero memikul dosa (pembakaran kota Roma) dan memberikan siksaan yang hebat kepada kasta yang ia benci, karena kekejian mereka yang disebut Kristen oleh rakyat. Kristus, dari situlah nama itu berasal, menderita hukuman ekstrem selama masa pemerintahan Tiberius di tangan salah satu kejaksaan kami, Pontius Pilatus.

3. Lucianus dari Samosata, Satiris Yunani (125-180 M) :

"Kamu tahu orang-orang Kristen menyembah seorang pria sampai hari ini-Ia adalah tokoh terkemuka yang memperkenalkan ritus-ritus baru pada mereka dan disalibkan karena itu."

4. Mar Bar-Serapion, Filsuf Syria (56-117 M) :

"Keuntungan apa orang Yahudi dengan menghukum mati raja mereka yang bijaksana? sejak waktu itulah kerajaan mereka dilenyapkan."

5. Talmud Yahudi, Tulisan kerabian Yahudi (-+ 70-200 M) :

Jadi peristiwa kematian, penyaliban dan kebangkitan Yesus bukanlah Hoax, bukan pula hanya akal-akalan umat Kristen untuk menyombongkan diri bahwa Tuhan mereka bisa bangkit dari kematian. 

Peristiwa penyaliban mengandung makna Teologis yang dalam, yaitu penebusan yang merekonsiliasi hubungan Allah dengan umat-Nya yang telah terputus. Bagi orang yang diluar Kristus mungkin menganggap hal ini sebagai lelucon, tapi kita tidak usah heran, karena jauh-jauh hari Paulus telah mengingatkan bahwa pemberitaan tentang salib memang kebodohan bagi mereka yang akan binasa.

1 Korintus 1:18 (TB)  Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.

Selamat Paskah...

PENULIS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m