Langsung ke konten utama

APAKAH PRIBADI YESUS MEMPUNYAI POTENSI UNTUK BERDOSA?

Dikutip dari group Studi Refomed MYM

Pribadi Yesus tidak memiliki potensi untuk berdosa, karena itu adalah Pribadi Logos (Pribadi Kedua Tritunggal). Allah tak memiliki potensi untuk berdosa. Yang menjadi pertanyaan sesungguhnya adalah natur kemanusiaan Yesus, apakah memiliki potensi untuk jatuh atau tidak. Ada perdebatan antara yang memegang peccabillity vs impeccabillity. Impeccabillty percaya bahwa kemanusiaan Yesus sama sekali tak punya potensi untuk berdosa. Tapi, problemnya adalah, bagaimana pencobaan yang dialami Yesus adalah sungguh-sungguh pencobaan jika tak ada potensi untuk jatuh. Kalau peccabillity berkata bahwa Yesus punya potensi untuk berdosa, dan oleh karenanya pencobaan yang dialami-Nya benar-benar dirasa sebagai pencobaan. Tetapi walaupun ada potensi untuk jatuh, mustahil Yesus jatuh, karena Dia juga memiliki natur ilahi pada saat yang sama. Jadi, walaupun ada potensi, tetapi potensi itu mustahil terealisasi. 

Saya lebih memegang posisi peccabillity, dan melalui posisi ini, kita memahami bahwa Kristus sungguh-sungguh mengalami betapa sulit dan menderitanya dicobai. Harap istilah potensi di sini jangan dicampuradukkan dengan istilah kecenderungan (tendency). Kecenderungan itu sudah bermasalah. Tapi potensi itu adalah istilah untuk posisi yang netral. Seperti ketika anda memegang pisau di tangan. Anda punya potensi untuk menusuk orang, namun selama pikiran anda tidak memikirkan untuk menusuk orang, dan selama anda tidak merealisasikan pikiran itu dalam tindakan, maka potensi menusuk orang dengan pisau di tangan tidak dapat dikatakan sebagai dosa. Nah, kalau anda punya kecenderungan untuk menusuk orang, berupa pikiran-pikiran yang ingin menusuk orang (e.g. musuh) dengan pisau, di situ anda sudah berdosa. Jadi beda ya, antara potensi dan kecenderungan. Umumnya teolog Reformed yang memegang dan mengajarkan doktrin Perjanjian Kerja (Covenant of Works), e.g, Hodge, Kuyper, dll. memegang posisi peccabillity. Sedangkan teolog Reformed yang menolak Covenant of Works memegang posisi impeccabillity. Tapi, ada pengecualian, saya belum riset sungguh-sungguh tentang ini.

Muriwali Yanto Matalu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m