MENGAPA PROTESTAN BISA MENERIMA ALKITAB TAPI MENOLAK MAGISTERIUM DAN TRADISI GEREJA, SEDANGKAN ALKITAB ITU DIKANONISASIKAN OLEH MAGISTERIUM DALAM TRADISI GEREJA?
Pertanyaan ini memang klasik dalam konteks antara Khatolik dan Protestan. Mereka berargumen bahwa karena Alkitab dikanonisasi oleh Bapa-Bapa Gereja yang notabene adalah bagian dari Gereja Katolik Roma (GKR), maka Protestan secara tidak langsung harus menerima otoritas Gereja dalam menetapkan kanon Kitab Suci. Tapi ini bisa dibantah dengan beberapa poin.
1. Gereja Tidak "Membuat" Alkitab, Tapi Hanya Mengenali Kanonnya
Gereja tidak menciptakan atau memberikan otoritas kepada Alkitab. Sebaliknya, Gereja hanya mengenali kitab-kitab yang sudah memiliki otoritas karena diilhami oleh Roh Kudus.
Kanon bukanlah hasil keputusan Gereja semata, tetapi merupakan hasil dari pengenalan umat Kristen awal terhadap tulisan yang benar-benar diilhami Allah.
Misalnya, Yesus dan para Rasul sudah mengutip Perjanjian Lama tanpa perlu menunggu konsili gereja untuk mendirikannya.
2. Kanon Perjanjian Lama Sudah Ada Sebelum Gereja Katolik
Yesus dan para Rasul menggunakan Septuaginta (LXX) atau kanon Ibrani yang sudah dikenal oleh orang Yahudi sebelum ada Gereja Katolik.
Tidak ada indikasi bahwa Gereja awal harus "mengotori" tulisan-tulisan suci itu dengan otoritas gereja.
3. Gereja Awal Bukan Hanya Katolik Roma
Pada abad-abad awal, tidak ada yang disebut sebagai "Gereja Katolik Roma" seperti sekarang. Gereja masih bersifat universal, belum terpecah menjadi Katolik, Ortodoks, dan Protestan.
Jadi, ketika Konsili Hippo (393 M) dan Konsili Kartago (397 M) membahas kanon, mereka bukan "Gereja Katolik Roma" dalam pemahaman hierarkis seperti sekarang.
Banyak Bapa Gereja yang tidak sependapat dengan beberapa keputusan Magisterium Katolik kemudian, termasuk dalam hal doktrin.
4. Umat Kristen Sudah Mengenal Kanon Sebelum Konsili Resmi
Sebelum ada konsili, banyak kitab sudah dianggap sebagai Firman Tuhan oleh gereja-gereja lokal. Misalnya :
2 Petrus 3:16 mengakui surat-surat Paulus sebagai "Kitab Suci" sejajar dengan Perjanjian Lama.
1 Tesalonika 2:13 menyebut tulisan rasul sebagai "Firman Allah."
Murid-murid Rasul seperti Polikarpus dan Ignatius sudah mengutip tulisan-tulisan yang kemudian masuk dalam kanon.
Artinya, gereja hanya menegaskan kanon yang sudah dikenal , bukan menetapkannya dari nol.
5. Konsili Gereja Tidak Memiliki Otoritas Di Atas Alkitab
Jika Gereja memiliki otoritas untuk menentukan kanon, maka mereka juga bisa mengubahnya—dan ini berbahaya.
Tetapi Yesus berkata dalam Matius 24:35 , "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi kata-Ku tidak akan berlalu."
Alkitab tidak bergantung pada otoritas manusia untuk memiliki otoritas ilahi.
Kesimpulan :
Jadi, jika ada Khatolik yang mengatakan, “Kamu percaya Alkitab karena Gereja Katolik yang didirikannya,” definisinya:
“Gereja tidak menciptakan Alkitab, tetapi hanya mengenali kitab-kitab yang diilhami Allah. Bahkan sebelum konsili gereja, umat Kristen sudah mengakui kitab-kitab itu sebagai Firman Tuhan. Kanon bukanlah keputusan otoritas Gereja, tetapi penemuan atas apa yang sudah diwahyukan Tuhan.”
Kalau mereka (Khatolik ) ngotot dengan tradisi, bisa tanya balik :
"Jika Gereja Katolik mempunyai otoritas penuh atas kanon, mengapa mereka baru menetapkan secara dogmatis kanon Alkitab di Konsili Trente (1546) setelah Reformasi? Mengapa selama lebih dari seribu tahun kanon masih bisa diperdebatkan di dalam Katolik sendiri?"
Itu akan membuat mereka berpikir lebih jauh.
Komentar
Posting Komentar