BELAJAR DARI SANG PERWIRA
[Diparafrase dari khotbah : PDT ESRA SORU]
Minggu 28-07-2024
NATS : Matius 8:5-7, Lukas 7:1-10
SCRIPTURE READING : Matius 8:5-13
OUTLINE :
1. Perwira ini pasti bukan orang Israel (orang Roma) Dia ditempatkan di Kapernaum untuk menjaga keamanan disana.
2. Dalam versi Lukas diceritakan bahwa dia mengutus hamba-hamba-Nya untuk menjumpai Yesus. Ini tidak bertentangan dengan versi Matius.
Ilustrasinya sama seperti saya bilang bahwa saya bangun rumah, padahal yang bangun (kerja) bukan saya tapi tukang. Tapi meskipun tukang yang membangun, tapi karena dia bangun atas permintaan saya, tetap dikatakan bahwa saya yang bangun rumah.
3. Apa yang bisa kita pelajari dari sang perwira ini?
A. Dia memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang lain.
Lukas 7:5 (TB) sebab iya mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."
B. Dia juga meminta Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang sakit (Budak/Doulos). (Matius 8:5-6)
C. Budak/Hamba pada masa itu begitu rendahnya di mata Tuannya
Wiliam Barcley : Budak bukan seorang Pribadi, Ia hanyalah seorang alat yang hidup. Seorang majikan berkuasa mutlak atas budak-budaknya. Ia dapat memotong telinga atau menghukum mereka untuk bekerja berat, misalnya mempekerjakan di ladang dengan dirantai, atau kerja paksa di pabrik.
Atau dia dapat menghukum mereka, memukulnya dengan tongkat, cambuk atau gada, ia bisa memberi tanda di dahi mereka bahwa mereka pencuri atau pelarian, atau terbukti jika tidak dapat dibela lagi, ia dapat menyalibkan mereka. (Pemahaman Alkitab sehari-hari).
Kalau ada budak yang mencuri lalu berhasil ditangkap, maka budak itu dikasih huruf F di jidatnya. F itu artinya Fugitivus atau pelarian. Dan dikasih huruf F pakai besi yang dipanaskan.
Budak kadang juga ditempatkan untuk menjaga istri-istri tuannya, di suatu tempat khusus yang bernama Harem.
Nah supaya budak-budak ini tidak menyentuh istri tuannya maka budak-budak ini dikebiri. Dan Budak yang sudah dikebiri itu namanya sida-sida. (Contoh dalam Kisah Para Rasul, ada sida-sida dari Etiopia).
Wiliam Barcley juga menceritakan bahwa seorang bernama Vedius Pollio yang pernah membuang budaknya menjadi makanan binatang buas hanya karena budaknya itu pernah memecahkan gelas.
Seorang tuan/majikan juga bisa memukul budaknya itu tanpa alasan.
Bahkan ada majikan yang senang mendengar erangan kesakitan budaknya.
1 Samuel 30:13 (TB) Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: "Budak siapakah engkau dan dari manakah engkau?" Jawabnya: "Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepunyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, karena tiga hari yang lalu aku jatuh sakit.
APLIKASI/PENERAPAN :
Sang Perwira ini peduli dengan budaknya. dia peduli dengan orang lain. Jika kita melihat gambar seorang budak pada masa itu seperti yang sudah dijelaskan tadi, maka ini seharusnya menjadi masalah budaknya, bukan masalah dia. Tapi dia memilih untuk peduli terhadap budaknya.
Nah ini harus menjadi teladan bagi kita orang Kristen. Kasih bukan hanya menjadi slogan, bukan hanya menjadi nyanyian, bukan hanya menjadi puisi. Kasih harus ditunjukkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Di sekitar kita ada banyak orang yang bermasalah, ada banyak orang yang berkekurangan. Sayangnya banyak kita egois. Yang penting saya hidup saya baik, yang penting saya aman, yang penting saya sehat. Saya, saya dan saya. Kita tidak peduli dengan orang lain.
"JIKA KAMU BUKAN BAGIAN DARI SOLUSI, KAMU PASTI BAGIAN DARI MASALAH."
Apakah kita jadi solusi bagi orang, atau kita jadi masalah bagi orang?
Rasul Paulus menasihati kita dalam Galatia 6:2 :
"Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."
Orang Kristen dikenal dengan kasihnya, tapi sekali lagi kasih bukan slogan, kasih bukan teori, kasih harus ditunjukkan lewat kepedulian yang nyata bagi orang lain.
Yakobus bilang begini :
Yakobus 2:15-17 (TB) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
AMIN.
Komentar
Posting Komentar