Langsung ke konten utama

PERTANYAAN TENTANG IMAN KRISTEN YANG SERING MUNCUL DI TIKTOK

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali 



Shalom pembaca yang Budiman. Kali ini saya ingin sedikit sharing pengalaman saya tentang pelayanan tanya-jawab iman Kristen dan Apologetika melalui aplikasi Tiktok.

Seperti yang kita ketahui aplikasi Tiktok saat ini memang sedang digandrungi oleh hampir semua kalangan, baik itu remaja maupun orang dewasa, orang-orang profesional yang kerja kantoran maupun ibu-ibu rumahan yang sedang kupas bawang sambil memasak. Tua-muda, besar-kecil hampir tak ada yang tak tahu dengan aplikasi buatan china ini.

Dunia Apologetika juga tak mau ketinggalan. Sekarang trend perdebatan agama kelihatannya sudah bergeser dari debat live YouTube via zoom ataupun streamyard menuju ke debat live Tiktok.

Akun-akun dengan konten Apologetika, persekutuan doa online, maupun motivasi rohani bertebaran di Tiktok. Saya pun tak mau ketinggalan, dengan seijin istri, saya membajak [ambil alih] akun Tiktok istri saya yang jumlah followersnya sudah seribu lebih, yang sudah bisa memenuhi syarat untuk bisa live Tiktok. Akun itu saya gunakan untuk media pemberitaan Injil. Konten saya adalah konten Q&A seputar iman Kristen dan Apologetika [Menjawab serangan-serangan yang ditujukan kepada iman Kristen].

Sejauh interaksi saya di Tiktok saya menemukan beberapa pertanyaan yang berulang-ulang ditanyakan kepada saya maupun kepada Tiktokers Kristen lainnya. Nah di artikel ini saya mengumpulkan untuk kita semua. Di bawah ini beberapa pertanyaan yang kerap ditanyakan kepada kita umat Kristen dan jawaban yang saya berikan :

1. Mengapa Allah meninggalkan Yesus di atas kayu salib?

Asumsi dari pertanyaan ini adalah penolakan terhadap ke-Tuhanan Yesus. Sebab diatas kayu salib, saat menjelang kematian-Nya Yesus berteriak "Eli Eli Lama Sabakthani [Allah-Ku Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?]". Kalimat ini menunjukkan bahwa Yesus bukan Allah, sebab kalau Dia Allah, Dia seharusnya tidak berteriak kepada Allah lain.

Jawabannya : karena begitu besarnya beban dosa yang ditimpakan kepada Yesus saat itu, ingat saat itu Yesus sedang berperan sebagai pengganti umat manusia yang seharusnya dihukum oleh karena dosa kita. Paulus berkata bahwa :

2 Korintus 5:21 (TB) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Nah karena Allah adalah Kudus, maka Allah tak bisa ada bersama dosa, oleh sebab itu peristiwa di atas kayu salib memisahkan antara Bapa dan Yesus, sehingga Yesus berkata "Eli Eli Lama Sabakthani?" Allah-Ku, AllahKu mengapa engkau meninggalkan Aku?". Untuk sesaat Dia harus terpisah dengan Bapa-Nya oleh karena dosa manusia.

2. Bisakah dosa manusia ditebus tanpa kematian?

Asumsi dari pertanyaan ini adalah kalau Allah itu maha baik dan maha kuasa, kenapa Dia harus memberi syarat yang aneh-aneh dan berat. Apa susahnya sih bagi Allah untuk langsung mengampuni saja? Jadi doktrin penebusan Kristus melalui kematian-Nya di atas kayu salib dianggap doktrin yang merepotkan diri sendiri. Allah merepotkan diri-Nya sendiri hehehe.

Jawabannya : Tak bisa! karena dalam iman Kristen dosa itu dipandang sebagai hutang, dan hutang tentu harus dibayar, hutang tak bisa diselesaikan dengan berhenti berhutang. Bagaimana cara membayar hutang? Satu-satunya cara membayarnya adalah dengan kematian.

Roma 6:23 (TB) Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Maka jika kita mau membayar dosa, kita harus membayarnya dengan nyawa kita. Jadi tidak mungkin kita bisa membayar dosa kitas sendiri karena itu artinya kita akan mati

Oleh sebab itu kita butuh seseorang yang membayar menggantikan kita. Orang itu adalah Yesus.

3. Orang Kristen itu "bermental enak" karena berani berbuat dosa tapi tak berani bertanggung jawab malah melemparkan tanggung jawab pada orang lain (Yesus). Sebab mereka yang berdosa, anehnya kow Yesus yang harus dihukum mati. 

Disini kita dibilang "mental enak" karena tak berani menanggung dosa sendiri. Malah menimpakan beban dosa kepada orang lain. Bagaimana kita menjawab ini?

Bagi saya dibilang mental enak atau gak, apa pun istilah yang orang lain gunakan, apapun pendapat orang lain, itu hak mereka, tapi bagi kita sebagai orang Kristen, kita bukan mental enak, tapi itulah anugerah Allah bagi kita sebagai orang percaya, karena kasih Allah maka Allah tidak menghendaki satupun orang-orang percaya untuk masuk ke dalam neraka, sehingga ia mengirimkan penebus untuk menggantikan kita sebagai orang yang terhukum atau yang seharusnya di hukum. Jadi saya kira bukan terletak pada "mental enaknya" tapi terletak pada kasih Allahnya.

Bagi saya "mental enak" definisinya adalah kalau sesuatu yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, sesuatu memang bisa kita lakukan sendiri, tapi kita tidak mau melakukan dan mengharapkan orang lain yang melakukan untuk kita. Misalnya kita butuh makan dan minum, dan kita bisa melakukannya sendiri tapi kita mengharapkan orang lain yang melakukan untuk kita, kita berharap untuk disuap saja, padahal kita ada kaki dan tangan secara utuh dan sehat, nah itu baru dibilang mental enak, tapi kalau saya lumpuh, atau saya lahir dengan kondisi difabel tanpa tangan dan kaki, maka untuk makan saya tentu membutuhkan orang lain, dan orang lain menyuap saya bukan karena saya mental enak tapi karena memang saya punya keterbatasan fisik dan tidak mampu melakukan suatu pekerjaan sendiri.

Nah demikian juga dengan penebusan dosa, manusia memang tidak mampu untuk menebus/menyelamatkan dirinya sendiri, maka dia mutlak membutuhkan penebus atau penyelamat, dan penyelamat itu adalah Yesus.

4. Apakah penebusan dosa harus dengan cara mati disalib? Apakah tidak bisa mati dengan cara lain?

Jawabannya : Ya harus dengan cara disalib. Karena dalam PL semua umat manusia yang telah jadi dalam dosa ini adalah manusia yang dianggap terkutuk, ternista dan sangat terhina. Nah hukuman bagi orang yang terkutuk ini adalah salib.

Ulangan 21:23 (TB) maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu."  

maka jika Yesus mau menggantikan kita sebagai orang yang seharusnya menerima hukuman itu, dia harus disalib, sebab penyaliban adalah hukuman bagi orang-orang yang terkutuk. 

Galatia 3:13 (TB) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" 

Jadi tidak ada kematian dengan cara lain dalam karya penebusan selain dengan cara disalib. Sebab salib adalah lambang orang yang terkutuk, bumi tak mau menerima, langit pun tak mau menerima. Orang itu memang tak layak bagi langit maupun bumi [Yosua 8:29 ; 10:26].

Demikian artikel kali ini. Sampai jumpa di artikel saya berikutnya.

SOLIDEO GLORIA...

Link Tiktok 👇

https://www.tiktok.com/@vindion9091?_t=8h18gyQytYg&_r=1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m