"Ayah birong, Ayah birong". Pekikan kalimat ini lahir dari dua anak laki-laki yang sudah aku anggap seperti anak sendiri. Mendengar ini rasanya seperti sebuah godam 100 kilo dipukul ke ulu hati, bukan hanya sekedar sakit, tapi "nyesak" banget.
Sore itu ditengah kekalutan batin dan pikirin yang kusut, setelah panas-panasan keliling cari kost atau kontrakan baru, saya mengajak istri untuk pergi ke rumah tetangga yang juga adalah jemaat gereja kami yang sudah kami anggap sebagai saudara sendiri. anak mereka sudah kami anggap sebagai anak kami sendiri, terlebih anak nomor 2, anak ini telah mengisi hati saya yang sangat merindukan anak kandung saat itu.
Setelah menikah Tuhan masih menguji iman dan kesabaran kami, kami harus menunggu satu tahun baru kemudian memiliki Leonathan (Putra sulung kami yang masih berusia 6 OTW 7 bulan dalam perut mamanya saat ini)
Wajah anak ini ganteng, kulitnya kuning langsat (putih) khas orang Batak, memiliki rambut yang lurus dan juga kebiasaan yang unik, yaitu anak ini sangat cepat tidur hanya dengan kita pukul-pukul ringan dibagian pantatnya. Dengan tiba-tiba saja anak itu sangat dekat (akrab) dengan saya dan tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menyayangi dia seperti anak sendiri.
Birong, apa itu birong? Awalnya saya tidak tahu istilah ini, tapi belakangan baru saya tahu bahwa birong ini adalah bahasa Batak yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya hitam. Setelah diingat-ingat saya memang telah mendapat banyak bullying yang berbalut candaan dengan menggunakan diksi birong ini. Dulu saya pernah dibilang "nabirong" oleh dosen, saya pernah dinyanyikan sibirong-birong oleh teman di kampus, saya bahkan pernah dibilang birong oleh saudara seiman di gereja dan masih banyak lagi.
Jadi istilah birong memang sudah banyak dilontarkan kepada saya. Kenapa saya dibilang birong? Iya, ini tidak terlepasnya dari warna kulit saya yang hitam. Terlahir sebagai orang Timur/Melanesian saya memang berkulit gelap dan itulah membuat saya sering dibully birong.
Dibully itu rasanya menyakitkan, meski sebenarnya kita bisa pasang jurus tutup kuping atau "ah bodoh amat lah" atau dengan kata lain menebalkan perasaan. Orang bilang bahwa anjing menggonggong kafilah berlalu, tapi sayangnya saya belum bisa seperti itu, perasaan saya masih tipis setipis ari, sehingga mendapatkan bully-an masih terasa sakit, apalagi dari saudara seiman atau lebih sakit lagi kata itu keluar dari mulut anak yang kita sayangi.
Saya tahu bahwa anak-anak yang polos itu tidak bermaksud membully atau mereka bahkan tidak tahu apa itu bullying. Lalu darimana mereka mendapat ide untuk menyebut seseorang yang sudah menganggap mereka sebagai anak sendiri, menggendong mereka, memandikan mereka, mencebokan mereka kalau lagi "boker" (baca : berak), yang telah menumpahkan kasih sayangnya kepada mereka dengan sebutan "Ayah birong" kalau bukan dari orang tua atau dari orang yang lebih tua yang ada dalam lingkungan pergaulan mereka. Anak-anak mendengar, menguping, mencopy, lalu mempraktekkan, lalu jadilah mereka anak-anak pembully. Jika hari ini mereka bisa membully orang yang mereka sebut sebagai ayah, tidak tertutup kemungkinan bahwa besok (kedepannya) mereka akan membully orang lain.
Warna kulit adalah sisi kodrat manusiawi, tak ada satupun manusia di dunia ini yang secara otonomi bisa memilih dengan cara apa dia dilahirkan, dari suku apa dia dilahirkan, bisa memilih kewarganegaraan sebelum dilahirkan, bisa memilih warna kulitnya ketika ia dilahirkan. Kita terlahir begitu saja, dan demikianlah keadaan kita apa adanya. Jika kebetulan anda berkulit terang, maka bersyukurlah kepada Tuhan tanpa harus menjelekan saudaramu yang berkulit gelap, karena kamu dan dia adalah sama-sama ciptaan Tuhan, kamu dan dia diciptakan oleh tangan yang sama.
Nah bagi para orang tua. Anda adalah role model pertama yang akan ditiru oleh anak-anak anda. Tugas anda adalah memberikan pengajaran spiritual dan membentuk iman mereka. Anak-anak adalah cerminan dari orang tuanya. Kegagalan anak adalah kegagalan anda sebagai orang tua, demikian juga keberhasilan anak adalah keberhasilan anda sebagai orang tua. Begitu pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak sehingga kitab Amsal memberi nasihat bagi kita para orang tua.
Amsal 22:6 (TB) Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
Dan sebagaimana yang dikatakan oleh rasul Yohanes bahwa tidak ada sukacita terbesar bagi kita para orang tua Kristen selain melihat anak-anak kita hidup dalam kebenaran.
3 Yohanes 1:4 (TB) Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.
Kapan mendidik? Mulailah dari sekarang! Dimana mulai mendidik? Dimulai dari rumah! Dan bagaimana cara kita mendidik? Salah satunya adalah dengan melarang mereka membully sesamanya...
SOLIDEO GLORIA...
Komentar
Posting Komentar