Langsung ke konten utama

APAKAH YESUS KRISTUS DAN ISA AL-MASIH ADALAH ORANG YANG SAMA?

 Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali

Belakangan ini nama Elia Myron menjadi viral di kalangan pengguna Tiktok, hal ini tidak terlepas dari acara podcastnya dengan Dr Richard Lee beberapa waktu yang lalu. Elia seorang Apologet muda, remaja yang masih berusia 19 tahun ini dengan lantang dan penuh percaya diri menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Dr Richard Lee. 

Pada awalnya acara podcast yang berdurasi satu jam lebih itu mengangkat topik tentang perang antara Israel - Hamas dari perspektif Kristiani. Dr Richard mengajukan banyak pertanyaan seputar Israel, Zionis, dan Yudaisme dan hubungannya dengan Kekristenan. Nah diantara beragam pertanyaan tersebut, ada satu pertanyaan yang menarik yang kemudian menjadi isu hangat yang sedang diangkat saat ini adalah: "Apakah Yesus Kristus dan Isa Al-Masih adalah orang yang sama?". Elia dengan tegas menjawab tidak! Yesus Kristus bukan Isa dan Isa bukan Yesus.

Alasan Elia adalah narasi yang diberikan oleh Al-Qur'an dan Alkitab sangat berbeda. Misalnya dalam Al-Qur'an Yesus dikisahkan bahwa Ia lahir di bawah pohon kurma (QS. Maryam: 19-23). Sedangkan Yesus Kristus dalam Alkitab lahir di kandang domba atau Migdal Eder (Luk 2:7,12)

Isa diyakini oleh umat Islam sebagai nabi yang dimuliakan Allah SWT dan tidak pernah mati, melainkan di saat penyaliban, Allah mengangkat Isa ke langit dan menjadikan Yudas Iskariot serupa dengan Isa sehingga yang disalib adalah Yudas Iskariot bukan Isa (QS. An-nisa: 157). Sedangkan ke-empat Kitab Injil mencatat bahwa Yesus Kristus telah disalibkan, mati, lalu bangkit dan naik ke surga (Luk 33:43 ; Mat 27:33-44 ; Mark 15:22-32 ; Yoh 19:17-24)

Yang menarik adalah Pdt Esra Soru salah seorang Apologet kondang tanah air juga berbeda pandangan dengan Elia Myron sehubungan dengan Yesus dan Isa Al-Masih ini. Pdt Esra Soru mengemukakan beberapa alasan yang mendukung pandangannya bahwa Yesus dan Isa ini adalah tokoh yang sama.

Pertama, Menurut Pdt Esra Soru, meskipun terdapat sejumlah perbedaan antara Yesus dan Isa, tapi juga terdapat sejumlah persamaan. Misalnya nama Ibu Yesus menurut Alkitab adalah Maria, Al-Qur'an juga mencatat bahwa nama Ibu Isa adalah Maryam. Alkitab mencatat bahwa Malaikat yang diutus untuk menyampaikan kabar kepada Maria adalah Gabriel, dalam Al-Qur'an disebut Jibril. Nah persamaan-persamaan ini menurut Pdt Esra tidak bisa diabaikan begitu saja. 

Kedua, dalam ilmu linguistik ada yang dikenal dengan istilah korespondensi phonetik. Yaitu perbedaan bunyi pelafalan ketika menyebut suatu istilah/kata yang merujuk kepada objek yang sama. Misalnya orang Indonesia menyebut "Matius", orang Inggris menyebutnya "Matthew", orang Yunani menyebutnya "Ματταθίας" (Mattathias), yang kalau dipendekkan menjadi "Ματθαῖος" (Matthaios). Jadi walaupun terdapat sedikit perbedaan penyebutan, tapi tetap merujuk kepada orang yang sama.

Nah sejumlah persamaan yang ada menggiring kita kepada keyakinan bahwa Yesus dan Isa ini adalah orang yang sama. Sehingga Pdt Esra Soru berkesimpulan bahwa Yesus Kristus dan Isa Al-Masih ini sebenarnya merujuk kepada pribadi yang sama. Yesus dan Isa yang dibicarakan adalah orang yang sama tapi dideskripsikan secara berbeda. Jadi titik perbedaannya bukan terletak pada oknum yang dirujuk melainkan pada deskripsi teologisnya.

Lalu bagaimana pandangan saya terhadap dua pandangan yang berbeda ini? Menurut saya pandangan Pdt Esra dan Elia Myron ini tidak perlu dikontradiksikan. Meski berbeda pada "hulu" nya kedua pandangan ini mengalir menuju "hilir" yang sama. Atau dengan kata lain kesimpulan teologis dari pandangan Elia dan Pdt Esra adalah sama. Bahwa yang benar adalah Yesus yang seperti dideskripsikan oleh Alkitab.

Lalu tentang "sama" dan "beda" yang dibahas, sebenarnya kuncinya disini terletak pada definisi "sama" dan definisi "beda". Sama dalam hal apa? dan beda dalam hal apa?. Jika kesamaan dalam hal kesamaan tokoh yang dirujuk, bisa saja memang Yesus dan Isa ini adalah tokoh yang sama sebagaimana yang dijelaskan oleh Pdt Esra. Tapi jika kita menerima pandangan ini maka ada konsekuensi logisnya yaitu perdebatan tentang benarkah bahwa Yesus disalib atau tidak, menjadi perdebatan yang tak akan ada ujungnya dan tak akan pernah menemui titik temu. Meskipun di akhir dari penjelasannya Pdt Esra tetap mengakui bahwa diantara dua narasi teologis yang disampaikan tentu narasi yang lebih tua lah yang benar. Dengan demikian kesimpulan Pdt Esra dan Elia sama, keduanya sepakat bahwa Yesus seperti yang dinarasikan oleh Alkitab lah yang benar. Tapi kita harus ingat bahwa Islam datang dengan klaim menyempurnakan ajaran yang terdahulu. Dengan demikian narasi yang lebih tua ini, tentu dianggap salah oleh teman-teman Muslim. 

Maka saya kira jalan pintas untuk menyelesaikan isu ini adalah kita harus menegaskan bahwa Yesus dan Isa adalah dua tokoh yang berbeda. Karena kalau tokohnya berbeda maka tak perlu ada perdebatan lagi siapa yang benar dan siapa yang salah. "Alani dua halak na asing, dang porlu pola be marsialusan" kata orang Batak.

Nah kembali lagi kepada Elia Myron, jika penegasan dari Elia Myron bahwa Yesus dan Isa adalah dua tokoh yang berbeda dengan tujuan untuk memisahkan klaim teologis masing-masing pihak, maka saya setuju dengan Elia, bahwa apa yang berbeda tidak perlu disama-samakan. karena sampai kapanpun teman-teman Muslim tetap mengimani bahwa Yesus itu bukan Tuhan, Ia hanya sekedar nabi atau rasul Allah, Ia tak pernah dibunuh, tak pernah mati dsb. Hal ini bertolak belakang dengan iman Kristen yang mengimani bahwa Yesus adalah Allah yang mengambil natur manusia. Juga kematian, penebusan, dan kebangkitan Yesus, adalah berita utama dan denyut jantung dari kekristenan itu sendiri. Dua narasi besar ini tidak bisa disatukan, ya kalau tidak bisa disatukan ya memang berbeda. Dalam hal ini kita harus dengan tegas berkata bahwa : "Isa mu bukan Yesus ku dan Yesus ku bukan Isa mu". That's it.

SOLIDEO GLORIA...


Komentar

  1. Anonim29/11/23

    Yg bertanya manusia...yg menjawab jg manusia itu sendiri.sedangkan manusia tdk ada yg benar apalagi sempurna.ya sdh.....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m