Berikut ini adalah contoh sesat pikir ambiguitas berserta penjelasannya yang dikutip dari Blog Papa Ma Kuru. Link artikel aslinya akan disematkan di bagian akhir dari artikel ini.
Apa dan bagaimana sesat pikir ambiguitas? Sesat pikir ambiguitas terjadi ketika kita merumuskan argumen menggunakan kata atau frasa rancu. Jumlah sesat pikir kelompok ini lebih sedikit dibanding sesat pikir relevansi. Sesat pikir ini terdiri dari sesat pikir ekuivokasi, amfibologi, aksen, komposisi, dan divisi. Definisi-definisinya akan dibahas di bawah ini.
EKUIVOKASI [EKU] : Ketika dalam sebuah argumen orang mencampur-adukkan makna berbeda yang mungkin dimiliki suatu kata atau frasa.
AMFIBOLOGI [AMF] : Ketika makna sebuah pernyataan dalam sebuah argumen tidak jelas karena kejanggalan kombinasi kata-katanya.
AKSEN [AKS] : Ketika kata-kata atau frasa-frasa sebuah statemen dalam argumen ditegaskan atau ditekankan sedemikian rupa sehingga menghasilkan makna yang berbeda dari yang makna asli.
KOMPOSISI [KOM] : Ketika dalam berargumen, seorang secara salah menyimpulkan tentang ciri menyeluruh berdasarkan ciri sebagian atau berdasarkan sebagian ciri.
DIVISI [DIV] : Ketika dalam argumen, seorang salah bernalar bahwa apa yang berlaku bagi keseluruhan juga pasti berlaku bagi bagian-bagiannya.
Tidak sulit untuk mengangkat contoh setiap sesat pikir di atas. Sebagian di antaranya kadang-kadang hanya hanya permainan kata-kata seperti “Bali adalah surganya para wisatawan. Karena itu, ketika para wisatawan meninggal, jiwanya pasti ke Bali.” Contoh yang lebih serius mungkin yang satu ini:
“Tujuan akhir dari sesuatu adalah kesempurnaannya; kematian adalah akhir dari kehidupan. Oleh karena itu, kematian adalah kesempurnaan hidup.” (EKU) (Periksa makna kata “akhir”).
Pada contoh berikut ini, ambiguitas terletak pada struktur atau sintaks kalimat:
“Dijual kursi bayi tanpa lengan” (AMF) Sebenarnya, frasa “kursi bayi tanpa lengan” dan mungkin kata-kata lain perlu dipindah agar diperoleh makna yang tidak ambigu. Frasa kursi bayi tanpa lengan bermakna ambigu karena punya dua kemungkinan arti yaitu: kursi yang tanpa lengan atau bayi yang tanpa lengan.
Ketika pernyataan “Kita mestinya tidak menjelekkan teman-teman”, dikutip sebagai, “Kita mestinya tidak menjelekkan TEMAN-TEMAN” (AKS), maka akan terjadi penekanan pada kata yang tidak ditekankan dalam kalimat asli, sehingga menyampaikan arti yang berbeda dari pernyataan semula.
Komposisi dan divisi saling berhubungan erat. Sebagai contoh, jika seorang berargumen bahwa berdasarkan sifat-sifat masing-masing unsur penyusun NaCl (yang beracun), kita dapat menyimpulkan bahwa gabungan unsur-unsur penyusun tersebut dua kali lipat lebih beracun (KOM), maka kita harus mencurigai bahwa orang tersebut hanya sedikit sekali paham atau tidak paham sama sekali tentang ilmu kimia atau dia tidak mengetahui bahwa sebenarnya gabungan kedua unsur itu adalah garam dapur. Sebaliknya, jika seseorang berargumentasi bahwa karena garam memiliki sifat menyehatkan; berarti secara terpisah masing-masing unsur-unsur penyusun garam (yaitu sodium dan klorida) pasti menyehatkan (DIV), maka dia harus belajar pengantar ilmu kimia atau belajar lebih banyak lagi tentang kimia.
Artikel aslinya bisa dibaca disini 👇
Komentar
Posting Komentar