Langsung ke konten utama

SEDIKIT PERKENALAN DENGAN ISTILAH LOGIKA

[DIKUTIP DARI BLOG PAPA MA KURU]

Kemarin Ama Lobo mengemukakan sebuah argumen yang dia dengar yang mengandung sesat pikir di statusnya. Setelah itu beta coba mengemukakan simbol-simbol dalam logika (A, I, O, dan E) demi memancing orang untuk belajar lebih banyak logika. Sayangnya beta kena batunya karena ada kawan yang minta beta menjelaskan. Setelah beta pertimbangkan, ada baiknya juga kalau beta kasih penjelasan sedikit karena seringkali buku logika agak sulit dimengerti kalau belajar sendiri. Akhirnya beta corat-coret sebuah penjelasan. Di bawah ini beta sedikit modifikasi komentar beta. Semoga ini menjadi bahan awal yang mendorong kita belajar lebih banyak tentang logika dan semoga pembelajaran logika bisa membuat kita lebih kritis lagi baik terhadap orang lain, tetapi terutama terhadap argumen sendiri.

Ama Lobo mengemukakan argumen yang dia dengar seperti ini:

1. Penindas terburuk para TKW adalah para majikan
2. Aba Hasan adalah majikan
Kesimpulan: Aba Hasan adalah penindas terburuk para TKW

Premis awal mengatakan bahwa “Penindas terburuk para TKW adalah para majikan”. Tetapi premis itu tidak otomatis (walaupun itu mungkin saja) berimplikasi bahwa “Semua majikan adalah penindas terburuk para TKW”. Memang itu sebuah kemungkinan, tetapi itu bukan keharusan. Bisa saja ada majikan yang bukan penindas TKW terburuk. Atau sebagai contoh lain kalau beta bilang “Semua telur berbentuk oval,” itu tidak berarti “Semua yang berbentuk oval adalah telur.” Kesimpulan argumen yang diangkat Ma Lobo didasarkan pada asumsi bahwa premis “Penindas terburuk para TKW adalah para majikan” dapat dirubah menjadi “Semua majikan adalah penindas terburuk para TKW”. Itu tidak boleh terjadi kecuali sudah dijelaskan sejak awal bahwa perubahan posisi predikat dan subyek itu juga benar. Jadi sebenarnya tanpa istilah aneh-aneh itupun kita sudah bisa menilai validitas argumen. Namun karena dalam diskusi ada orang yang mau menindas orang lain dengan mengemukakan istilah-istilah yang tinggi-tinggi, maka tidak ada salahnya untuk mempelajarinya. Di samping itu, dengan memahami logika seperti ini akan mempermudah kita menilai argumen.

Nah, sekarang tentang A, I, O, dan E. Dalam logika subyek dan predikat disebut term. A berarti sebelum term ada kata ‘semua’. I berarti sebelum term ada kata ‘Sebagian.’ O berarti sebelum term ada frase ‘sebagian….bukan.’ E berarti sebelum term ada kata ‘Semua… bukan.” Kalau contoh di atas, premis pertama tidak jelas apakah ‘semua’ yang penindas TKW terburuk itu adalah majikan ataukah hanya ‘sebagiannya saja’ penindas TKW terburuk yang majikan ataukah ‘sebagian penindas terburuk TKW bukan majikan. Dengan kata lain tidak jelas apakah bentuk proposisinya A atau I atau O. Walaupun demikian mari kita anggap saja bahwa bentuk proposisi awal itu adalah A, sehingga premis itu sebenarnya berbunyi, “Semua penindas terburuk para TKW adalah para majikan”

Terkait dengan itu, untuk memahami penjelasan lebih lanjut, pembaca silahkan mengamati gambar di atas. Coba liat bagian yang ditandai A. Ada dua kasus di sana yang masuk A yaitu kasus 1 dan kasus 2. Dalam gambar itu ‘a’ adalah subyek dan ‘b’ adalah predikat. Di situ terlihat bahwa pada kasus 1 semua ‘a’ adalah ‘b’ dan juga semua ‘b’ adalah ‘a’. Tetapi pada kasus 2 semua ‘a’ adalah ‘b’ tetapi tidak semua ‘b’ adalah ‘a’. Nah karena itu secara keseluruhan pada A tidak dapat dikatakan bahwa “semua ‘b’ adalah ‘a’” walaupun “semua ‘a’ adalah ‘b’”. Karena dalam bentuk A kata ‘semua’ tidak dapat disematkan pada ‘b’ maka ‘b’ disebut tidak terdistribusi. Karena ‘b’ adalah predikat, maka dikatakan bahwa predikat tidak terdistribusi. Yang terdistribusi adalah subyek alias ‘a’. Sekarang kita coba pasang pada argumen tadi. Premis pertama adalah “Semua penindas terburuk para TKW adalah para majikan.” Kita kasih dia simbol ‘Semua penindas terburuk TKW’ sebagai ‘a’ dan ‘para majikan’ atau ‘majikan’ sebagai ‘b’. Proposisi “Semua penindas terburuk TKW adalah para majikan” dapat disimbolkan dengan A(ab). Ingat sebelumnya A artinya semua. Nah untuk premis kedua “Aba Hasan adalah majikan.’ Karena Aba Hasan (subyek) belum punya symbol di atas, maka dalam premis ini kita kasih dia symbol ‘c’. Sedangkan di atas predikatnya yaitu ‘majikan’ sudah ada symbol ‘b’. Karena Aba Hasan yang kita maksudkan hanya satu, maka dalam logika kita mengatakan bahwa dia hanya satu dengan memberikan symbol A (semua). Jadi premis kedua diberi symbol A(cb). Sedangkan kesimpulannya sudah gampang kita buat yaitu A(ca).

Secara symbol, argument yang diangkat Ma Lobo adalah:

A(ab)
A(cb)
/A(ca)

atau

A(ab) A(cb) < A(ca)

Setiap predikat dari kesimpulan, dalam contoh ini ‘penindas TKW terburuk’ atau disimbolkan dengan ‘a’ dalam logika disebut Term Utama/Mayor. Sedangkan setiap subyek kesimpulan, dalam contoh ini ‘Aba Hasan’ atau disimbolkan dengan ‘c’ disebut Term Minor. Premis yang mengandung Term Mayor disebut Premis Mayor/Utama. Dan Premis yang mengandung Term Minor disebut Premis Minor. Kalau diperhatikan di sana ada Term yang hilang dari kesimpulan yaitu ‘b’ alias ‘para majikan’ atau ‘majikan’. Term yang tidak muncul dalam kesimpulan tetapi muncul dalam kedua premis disebut Term Tengah atau Middle Term.

Nah, seperti dibilang di sebelumnya kesimpulan argumen di atas mengasumsikan bahwa predikat dalam premis mayor alias ‘para majikan’ dapat dirubah menjadi ‘semua para majikan,’ sehingga premis awal berubah menjadi “Semua para majikan adalah penindas terburuk TKW.” Dengan kata lain lagi asumsinya adalah Term Tengah terdistribusi. Seperti ditunjukkan diagram yang di link, hal itu tidak mungkin – lihat kembali penjelasan di atas! Jadilah argumen seperti itu fallacy undistributed middle alias, memaksa Term Tengah terdistribusi padahal sebenarnya tidak bisa.

Sebagai informasi tambahan, proposisi dengan bentuk A dan I predikatnya tidak terdistribusi sedangkan proposisi yang bentuknya O dan E terdistribusi predikatnya.

Semoga katong terdorong untuk belajar lebih banyak sehingga lebih mudah menganalisa argumen.

Salam Hangat.....

Ma Kuru 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB IMAN KRISTEN   (1). 2 Korintus 5:21 berkata Dia yang tidak mengenal dosa, telah dibuat-Nya menjadi dosa. Jika Yesus adalah Allah yang tanpa dosa mengapa ayat ini berkata bahwa Yesus telah dibuat oleh Allah Bapa menjadi berdosa, jika demikian bagaimanakah Yesus bisa menebus manusia yang berdosa, kalau diri-Nya sendiri saja berdosa? JAWAB : Kalimat "telah dibuat menjadi dosa" itu artinya Yesus memang tidak berdosa, dan memang Dia harus tidak berdosa agar bisa memenuhi syarat sebagai penebus, sebab kalau Dia juga berdosa, maka Dia tidak layak menjadi penebus, malah Dia sendiri juga butuh ditebus.  Lalu apa artinya ayat ini? Ayat ini berarti Yesus yang secara inheren (pada diriNya sendiri) adalah tidak berdosa,"menjadi berdosa" karena dosa-dosa manusia ditimpakan kepadaNya. Jadi yang seharusnya dihukum karena dosa adalah kita sebagai manusia yang berdosa, tapi hukuman dosa kita ini ditimpakan kepada Yesus. Jadi Yesus "menjadi berdosa" disini karen...

APAKAH KETETAPAN ALLAH SELALU SINKRON DENGAN KEPUTUSAN MANUSIA?

Shalom pembaca yang budiman. Kali ini saya membagikan diskusi singkat saya dengan seseorang di Facebook yang bernama Andi. Dan karena saya merasa bahwa topik diskusi ini cukup menarik, saya akhirnya memutuskan untuk mendokumentasikannya. Diskusi ini berawal dari status FB Pak Heno Soeroso (seorang teman FB) yang me-repost sebuah video akun fanpage Mazmur. Isi video tersebut berbicara tentang 3 macam keputusan Tuhan. Link videonya ada di sini  https://www.facebook.com/share/v/onD1Lhx6deEVjhWb/?mibextid=oFDknk . Dan berikut cuplikan diskusinya : Dionisius Daniel Goli Sali : Ini pandangan dari orang yang tidak mengerti providensi Allah. Andi : Saya juga termasuk orang yang tidak mengerti tentang providensi Allah. Barangkali anda bisa jelaskan? Dionisius Daniel Goli Sali : Baik. Secara singkat saja. Providensi Allah tidak pernah merampok kebebasan manusia dalam menentukan pilihan/membuat keputusan. Pada saat manusia membuat keputusan, keputusan itu lahir dari pertimbanga...

MEMBUNGKAM CELOTEH DAN KEBODOHAN EDY PRAYITNO SANG MUALAF ODONG-ODONG Oleh: Arianto Tasey Rupanya Edy Prayitno sang mualaf odong-odong tidak menerima ketika kebodohannya dalam membaca dan mengutip ayat Alkitab untuk mendukung asumsi liarnya bahwa sebutan “Ibu” dalam Yohanes 20:15 itu adalah kepada Maria ibu Yesus, telah dibungkam oleh pendeta Esra Soru. Dalam sesi Tanya jawab pada momen debat lintas agama yang diselenggarakan oleh “MUALAF CENTER AYA SOFYA” pada tanggal 30 Juli 2024 yang lalu, Pendeta Esra Soru secara mantap membungkam kebodohan Prayitno. Pendeta Esra Soru memberikan argumentasi dari ayat Firman Tuhan bahwa sapaan “Ibu” dalam teks tersebut bukanlah kepada Maria ibu Yesus tetapi kepada Maria Magdalena. Dari mana kita mengetahuinya? Ayat 1 dari Yohanes 20 secara eksplisit memberitakan bahwa Maria Magdalena lah yang disebut di sana. Yohanes 20:1 “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bah...