Langsung ke konten utama

RINGKASAN KHOTBAH MINGGU 16 JULI 2023

RINGKASAN KHOTBAH

THEMA : BELAJAR DARI RASUL MATIUS 

Nats : Matius 9:9-10

Dalam Injil Matius, disebutkan bahwa Matius pemungut cukai, sedangkan versi Lukas 5:27 dan Markus 2:14 disebut Lewi pemungut cukai. Sebenarnya manakah yang benar? Apakah Matius dan Lewi ini adalah dua orang yang berbeda, atau satu orang yang sama dengan dua nama? Jawabannya Matius dan Lewi sebenarnya adalah orang yang sama dengan dua nama.

Memang pada jaman itu orang rata-rata punya dua nama. Nama Ibrani dan nama Yunani. Yudas nama Yunani nama Ibraninya Yehuda.

Mathew Henry : Panggilan Matius, penulis Injil ini. Markus dan Lukas memanggilnya Lewi; pada waktu itu biasa bagi seseorang untuk mempunyai dua nama. Mungkin Matius adalah namanya yang paling dikenal sebagai pemungut cukai, dan karena itu, dalam kerendahan hatinya, ia menyebut dirinya dengan nama itu daripada dengan nama Lewi yang lebih terhormat.

Sebagian orang berpikir bahwa Kristus memberinya nama Matius ketika Ia memanggilnya untuk menjadi seorang rasul; seperti Simon yang diberi-Nya nama belakang Petrus. Matius berarti karunia Allah; para hamba Tuhan adalah karunia Allah bagi gereja; pelayanan mereka dan kemampuan mereka untuk melakukannya adalah karunia Allah bagi mereka. 

Lalu mengapa harus ada Yunaninya? Mengapa nama orang-orang pada jaman itu bisa ada dua ? Jawabannya itu tidak terlepas dari pengaruh helenisme dari Alexander Agung.

Jarak dari Maleakhi ke Matius 400 tahun, jaman itu disebut sebagai jaman silent period, periode hening, atau periode dimana Allah tidak berbicara kepada nabi-nabi-Nya. Nah meskipun itu adalah jaman yang silent, tapi sebenarnya ada peristiwa sejarah yang terjadi selama 400 tahun itu, kerajaan-kerajaan besar saling mengalahkan dan saling bergantian menguasai dunia.

Got Question : Israel berada di bawah kendali Kekaisaran Persia dari sekitar tahun 532-332 SM. Bangsa Persia mengizinkan orang Yahudi untuk menjalankan ritual agama mereka. Mereka bahkan diizinkan untuk membangun kembali bait Allah dan beribadah di sana (2 Tawarikh 36: 22-23; Ezra 1: 1-4).

Alexander Agung (Yunani )mengalahkan Darius (Persia) sehingga mempengaruhi dunia dengan budaya Yunani. Alexander adalah murid dari Aristoteles, yang dididik secara intensif dalam filsafat Yunani dan politik. Karena itu, di setiap wilayah yang ia taklukkan, kebudayaan Yunani ikut ditanamkannya. Sebagai contoh, Perjanjian Lama yang berbahasa Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, menjadi terjemahan yang dikenal sebagai Septuaginta.

Setelah Alexander meninggal, Yudea diperintah oleh serangkaian penerusnya hingga Antiokhus Epiphanes. Antiokhus tidak saja sekedar mengekang kebebasan beribadah orang Yahudi. Sekitar tahun 167 SM, ia meniadakan sistem imamat dan menodai bait Allah. Ia mencemarinya dengan binatang haram dan mendirikan sebuah altar berhala (lihat Markus 13:14).

Sekitar tahun 63 SM, Jenderal Pompei Roma menaklukkan Palestina. Seluruh Yudea berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi. Herodes diangkat sebagai raja Yudea oleh Kaisar Romawi dan senat. Romawi menjadi bangsa yang memungut pajak dan menguasai bangsa Yahudi. Mereka juga yang akan menyalibkan Mesias . Budaya Romawi, Yunani, dan Yahudi saat itu saling tercampur di Yudea. Pada saat itu Yesus lahir, Yesus lahir di jaman Romawi.

Akibat dari pengaruh helenisme itu maka segala sesuatu menjadi bercorak Yunani. Bangunan bercorak Yunani, filsafat Yunani, olahraga Yunani, bahasa juga bahasa Yunani. Itu juga menjadi alasan kenapa PB kita ditulis ke dalam bahasa Yunani. Walaupun Yesus sehari-hari berbahasa Aramaik.

Nah beberapa hal yang kita bisa pelajari dari Matius adalah :

1. Saat Yesus memanggil Matius, Yesus hanya menggunakan dua kata "Ikutlah Aku". 

Itu artinya Matius mengikuti Yesus tanpa embel-embel apa-apa. Pada saat Yesus memanggil Matius, ia sedang dalam pekerjaannya.

Mathew Henry : Apa yang sedang dilakukan Matius ketika Kristus memanggilnya. Ia sedang duduk di rumah cukai, karena ia seorang pemungut cukai (Luk. 5:27). Ia seorang petugas bea cukai di pelabuhan Kapernaum, atau petugas pajak, atau pemungut pajak atas tanah. 

Matius yang sedang bekerja ini segera meninggalkan pekerjaannya lalu mengikuti Yesus. Matius mengikuti Tuhan dengan motivasi yang benar, Matius mengikut Yesus tanpa embel-embel apapun.

Pada saat ini ada banyak orang yang mengikuti Tuhan dengan motivasi hati yang salah, Yoh 6:26-27.

Yohanes 6:26-27 (TB) Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.

(27) Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

Adalah penting bagi kita untuk memiliki motivasi hati yang benar, dua tindakan yang sama belum tentu memiliki motivasi hati yang sama, ilustrasinya seperti kucing kejar tikus, walaupun tindakannya sama, yaitu sama-sama berlari, tapi tujuan berlarinya berbeda. Demikian juga orang bisa melayani Tuhan dengan motivasi yang berbeda.

Antoni de Melo, menceritakan perampok di India, yang. Berlari lalu menjadi pertapa, yang memanfaatkan kebodohan orang-orang yang mengejar dia lalu memberinya makan.

2. Matius mengikuti panggilan Tuhan dengan meninggalkan segala sesuatu, Ia meninggalkan jabatan dia sebagai pemungut cukai.

Pemungut cukai adalah pekerjaan yang menjadi lahan basah di jaman itu, tapi karena mereka bekerja untuk bangsa Romawi penjajah, maka profesi ini sangat dibenci oleh orang Yahudi. Dan dalam aturan Romawi berhenti sebagai pemungut cukai, tidak bisa menjadi pemungut cukai lagi, ini berbeda dengan Petrus, penjala ikan yang setelah berhenti menjala, dia masih bisa menjala lagi kalau dia mau.

Ilustrasi : Napoleon Bonaparte yang membakar perahu prajuritnya.

Ilustrasi : Wiliam Barclay yang mau lompat got dengan telanjang.

Mathew Henry : Pekerjaan Matius itu merupakan panggilan yang tidak disukai oleh orang-orang benar, karena pekerjaan itu dipenuhi dengan begitu banyak korupsi dan godaan, dan hanya ada sedikit saja orang jujur yang bekerja dalam pekerjaan itu. Matius sendiri mengakui orang seperti apa dia sebelum bertobat, seperti halnya juga Rasul Paulus (1Tim. 1:13).

3. Matius memaksimalkan potensi, kekayaan, relasi maupun pengaruhnya yang dimilikinya untuk pelayanan.

Dalam Lukas 5 Matius mengadakan perjamuan makan. Ketika mengikuti Yesus Matius mengadakan pesta makan sebagai perayaan, dengan mengundang teman-temannya sebagai pemungut cukai.

Menurut Wycliffe tujuan Matius itu untuk memperkenalkan Yesus kepada teman-temannya. Kalau kita sudah diselamatkan oleh Tuhan, maka kita juga harus punya inisiatif untuk memberitakan Injil kepada orang-orang lain yang belum menerima Yesus.

Wycliffe : Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia. Matius adalah orang kaya, dan dia mengadakan perjamuan besar agar para kenalannya dapat bertemu dengan Yesus. Orang Farisi benar-benar menolak para pemungut cukai dan sama sekali tidak mau berurusan dengan mereka, tetapi Yesus menjangkau mereka. Pengampunan dosa adalah bagi pemungut cukai dan juga golongan lainnya.

Sebagai seorang petobat baru, Matius mungkin belum bisa menginjili secara langsung, tapi dia menggunakan kekayaannya, relasinya, ia bahkan menggunakan segala potensi yang dimilikinya untuk pemberitaan Injil. Matius mengiring Tuhan seumur hidupnya, ia bahkan berkontribusi dalam penulisan Injil, ia tidak hanya menulis dengan tinta, ia bahkan menulis dengan darahnya. Sejarah gereja kemudian mencatat bahwa Matius akhirnya mati syahid di Etiopia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m