Langsung ke konten utama

DOKTRIN TRITUNGGAL


Ilustrasi Tritunggal 

Tritunggal adalah salah satu doktrin yang penting dan fundamental dalam iman Kristen. Sebelum mengulas lebih jauh, kita perlu tahu apa yang dimaksud dengan doktrin Tritunggal. Nah disini saya mengutip pendapat dari dua Teolog Calvinis dari dalam maupun luar negeri. 

BB Warfield : Ada satu Allah dan satu-satunya. Tapi di dalam keesaan dari ke-Allahan ini ada tiga pribadi yang sama kekal dan sepadan, sama di dalam hakikat, tetapi berbeda di dalam pribadi.

Stephen Tong : Doktrin Tritunggal termasuk doktrin monoteisme yang percaya kepada Allah yang maha esa itu mempunyai tiga pribadi, bukan satu. Pribadi pertama adalah Allah Bapa, Pribadi kedua adalah Allah Anak (Yesus) dan Pribadi ketiga adalah Roh Kudus.

Tiga pribadi bukan berarti tiga Allah dan satu Allah bukan berarti satu pribadi. Tiga pribadi itu mempunyai satu esensi, atau sifat dasar (Yun: Ousia; Inggris: Substance) yang sama yaitu Allah. Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah.

Lalu apakah istilah Tritunggal ini tertulis dalam Alkitab? Jawabannya : Istilah Tritunggal tidak tertulis dalam Alkitab. Lalu kalau memang tidak tertulis, mengapa orang Kristen percaya bahwa Allah mereka adalah Allah yang Tritunggal? Jawabannya : Karena jika Alkitab dibaca secara keseluruhan, maka akan nampak adanya dua kelompok ayat.

A. Ada ayat-ayat yang menyatakan keesaan Allah. Misalnya :

Ul 6:4  "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!"

1 Kor 8:4  "Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”

1 Tim 2:5 "Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,"

Yak 2:19 "Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar."

B. Tapi ada juga ayat-ayat yang menyatakan adanya semacam kejamakan tertentu di dalam diri Allah. Misalnya :

Kej 1:26  "Berfirmanlah Allah: Baiklah KITA menjadikan manusia menurut gambar dan rupa KITA, …”

Kej 11:7  "Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."

Bahkan ada juga ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang lain (seakan-akan ada lebih dari satu Allah) seperti:

Hos 1:7 (NASB): “But I will have compassion on the house of Judah and deliver them by the LORD their God, and will not deliv­er them by bow, sword, battle, horses, or horseman” (= Tetapi Aku akan berbelaskasihan kepada kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka dengan/oleh TUHAN Allah mereka, dan tidak akan menyelamatkan mereka oleh/dengan busur, pedang, pertempuran, kuda-kuda, atau penunggang-penunggang kuda).

Kej 19:24 “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit”.

Nah, jika kita harus menafsirkan semua ayat ini secara bersama-sama, lalu bagaimana kita membahasakan "keesaan-Nya", dan bagaimana membahasakan “kejamakan-Nya”? Tentu Allah tidak mungkin esa sekaligus jamak dalam satu aspek bukan? Itu kontradiksi namanya. Makanya lalu digunakan istilah “hakikat” untuk menunjuk pada keesaan-Nya dan “pribadi” untuk menunjuk pada kejamakan-Nya sehingga lalu disimpulkan bahwa Allah itu esa (satu) di dalam hakikat-Nya tapi jamak (tiga) di dalam pribadi-Nya. Itulah doktrin Tritunggal.

Jadi terlihat bahwa sekalipun istilah itu tidak ada di dalam Alkitab, tetapi konsep atau ajaran yang dibangun jelas bersumber dari Alkitab. Sekarang jika kita menolak konsep ini, lalu mau disebut apa untuk keesaan-Nya dan mau disebut apa untuk kejamakan-Nya itu?

Lalu ada contoh lagi dimana Yesus sendiri berkata dalam Yoh 10:30: Aku dan Bapa adalah satu.” Terjemahan literal dari ayat ini adalah “I and the Father, We are one”.

Kata-kata “We are” jelas adalah jamak. Jamak dalam hal apa? Lalu “One” nya dalam hal apa?

Contoh lainnya adalah Yes 6:8 dalam versi NASB berbnyi: “Whom shall I send and who will go for Us?” (Siapa yang akan Ku utus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?). Di sini nampak bahwa kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menyatakan Allah, keluar sekaligus.

Lalu jika memang ada kejamakan dalam diri Allah, mengapa hanya tiga, bukan dua, empat atau lima? Jawabannya Karena memang di PB Allah menyatakan diri kepada kita dan bahkan Yesus sendiri secara eksplisit menyatakan bahwa ada tiga pribadi Allah.

Mat 3:16-17 "Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,
lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." 

Mat 28:19 "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,"

Maka berdasarkan dua kelompok ayat diatas, dan kesaksian Yesus sendiri, orang Kristen menarik kesimpulan bahwa Allah Kristen itu adalah Allah yang Tritunggal.

C. Analogi yang sering dipakai dalam menjelaskan doktrin Tritunggal

Dalam menjelaskan Tritunggal kemudian diciptakan ilustrasi atau analogi, dengan tujuan agar membantu kita untuk memahami doktrin yang sulit ini. Beberapa ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Air, Uap dan Es

Tritunggal diibaratkan seperti air. Air kalau dipanaskan akan menguap, kalau didinginkan akan membeku. Jadi air, es dan uap adalah tiga wujud yang berbeda tapi ketiganya menggunakan rumus kimia yang sama yaitu H2O.

Kelemahan dari analogi ini adalah : Analogi ini hanya bisa menjelaskan Tritunggal dari sisi kesatuan hakikat-Nya saja. Ketiganya memang memiliki esensi yang sama. Sebagaimana Air, uap dan es yang memiliki esensi H2O. Tapi dalam perumpamaan ini air bisa menjadi es, dan es bisa menjadi uap, tapi dalam Tritunggal Bapa tidak bisa jadi Anak, Anak juga tidak bisa jadi Roh Kudus, Roh Kudus juga tidak bisa jadi Bapa. Ketiga pribadi Allah Tritunggal itu tetap eksis secara bersamaan, berbagian dalam satu hakikat sambil mempertahankan identitas kepribadian-Nya masing-masing.

Jadi analogi ini gagal menjelaskan Tritunggal secara sempurna.

2. Kuning Telur, Putih Telur, dan Cangkang Telur 

Analogi ini juga digunakan untuk menjelaskan Tritunggal. Sama seperti telur yang terdiri dari tiga unsur yaitu : Kuning, putih, dan kulit, maka demikian lah Tritunggal. Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda tapi ketiganya adalah satu Allah.

Kelemahan dari analogi ini adalah : Bapa, Anak, dan Roh Kudus, adalah Allah sejati/seutuhnya. Sehingga Bapa tidak harus membutuhkan Anak baru bisa jadi Allah. Demikian juga dengan Anak, Ia  tidak harus membutuhkan Bapa baru bisa jadi Allah. Roh Kudus juga tidak harus membutuhkan Bapa dan Anak baru bisa jadi Allah. Sedangkan telur, tanpa putih, tanpa kuning, dan tanpa kulit, dia bukanlah sebuah telur yang utuh. 

Analogi ini pun tidak bisa membantu menjelaskan Tritunggal dengan sempurna.

3. Matahari, Sinarnya dan Panasnya

Analogi ini juga digunakan untuk menggambarkan Tritunggal. Matahari berada jauh dari bumi, lebih dari 153 juta KM jauhnya. Sinar matahari membutuhkan waktu 8 menit 13 detik untuk sampai ke bumi. Fisik matahari tak dapat kita lihat, tapi sinarnya dapat kita lihat. Kehangatannya tak dapat kita lihat, tapi dapat kita rasakan. Sama seperti Bapa tidak dapat kita lihat, tapi sang Anak dapat kita lihat, Roh Kudus juga tak dapat kita lihat, tapi kehadiran-Nya dapat kita rasakan.

Kelemahan dari analogi ini adalah : Analogi ini masih tetap tidak memadai untuk menjelaskan doktrin Tritunggal secara utuh. Karena sinar matahari bukan matahari, kehangatan matahari bukan matahari dan energi matahari juga bukan matahari. Maka ilustrasi ini juga gagal menjelaskan Tritunggal dengan sempurna.

4. Tubuh, Jiwa dan Roh Manusia

Analogi ini menggunakan pendekatan Trikotomi dalam antropologi manusia. Karena manusia diciptakan sesuai dengan peta dan gambar Allah maka analogi ini dianggap bisa merepresentasikan doktrin Allah Tritunggal. Dan sebagaimana manusia memiliki tiga unsur yaitu : Tubuh, jiwa, dan roh, maka demikian juga dengan Tritunggal. Bapa, Anak, dan Roh Kudus, adalah tiga pribadi yang berbeda tapi bersatu dalam satu Allah. Sebagaimana Bapa, Anak, dan Roh Kudus, ada dalam satu Allah, demikian juga tubuh, jiwa, dan roh dari Dion ada dalam satu Dion. 

Kelemahan dari analogi ini adalah : Tubuh manusia bukan manusia itu sendiri,  jiwa manusia bukan manusia itu sendiri, juga roh manusia bukan manusia itu sendiri. Saya tidak bisa memegang kepala saya lalu berkata "Oh inilah Dion", bukan! itu bukan Dion, kepala hanyalah salah satu bagian dari anggota tubuh manusia. Kepala Dion bukanlah Dion itu sendiri. Jika kepala Dion adalah Dion, lalu bagaimana dengan tangan, kaki, dan anggota tubuh Dion yang lain?

Lagi-lagi analogi ini pun tidak memadai untuk menjelaskan Tritunggal secara sempurna.

5. Bentuk, Bau dan Warna Bunga

Analogi lain yang digunakan untuk menjelaskan Tritunggal adalah dengan menggunakan bunga. Bunga mawar misalnya, Ia memiliki sub-esensi yaitu : bentuk, aroma, juga ada warna. Bentuk Mawar adalah sub-esensi dari mawar, aroma mawar juga sub-esensi dari mawar, warna mawar juga sub-esensi dari mawar, ketiganya membentuk satu esensi dari setangkai bunga mawar. Sama seperti Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah dan Roh kudus adalah Allah, ketiganya adalah satu Allah.

Kelemahan dari analogi ini adalah : bentuk, aroma, dan warna mawar bukanlah mawar itu sendiri. Kita ambil satu contoh warna mawar yang merah. Apakah tanpa bentuk dan aroma, warna yang merah itu bisa kita sebut sebagai mawar? Tentu tidak bisa bukan?

Jadi analogi ini juga gagal menjelaskan Tritunggal dengan sempurna.

6. Ayah, Pendeta dan Guru 

Analogi terakhir ini biasa digunakan oleh bidat Sabelianisme. Menurut mereka Tritunggal itu sebenarnya satu oknum saja atau merujuk kepada pribadi yang sama, lalu satu pribadi ini kemudian bermanifestasi dalam bentuk yang berbeda dengan peran yang berbeda pada masa yang berbeda. Sebagaimana seorang ayah, di rumah jadi ayah, di sekolah jadi guru dan di gereja jadi pendeta.

Kelemahan dari analogi ini adalah : ayah pendeta dan guru tidak bisa hadir secara bersamaan sembari saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain.

Sekarang pertanyaannya mengapa analogi-analogi ini selalu mempunyai kelemahan dan gagal menjelaskan Tritunggal secara sempurna? Jawabannya karena :

1. Kita sedang berbicara tentang pencipta yang kekal dan tak terbatas (Ayub 11:7-9 ; 36:26 ; 37:22-23)

2. Kita sedang berbicara tentang Dia yang tidak seperti apa-apa. (Yesaya 40:18:25 ; 46:59)

E. Bidat-Bidat Tritunggal Dalam Sejarah Gereja 

1. Arianisme

Yesus adalah ciptaan Allah, Ia tidak sederajat kedudukannya dengan Allah Bapa. Yesus adalah "allah yang kecil" kemudian melalui Yesus, Allah Bapa lalu menciptakan segala sesuatu. Yesus bukan dari kekal adanya, melainkan diciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Dianggap bahwa pernah ada suatu waktu dimana logos (Yesus) itu tidak ada, lalu kemudian Allah Bapa menciptakan logos itu.

Sekarang bidat ini berkamuflase menjadi Jehovah Witness, Kristen Tauhid/Gereja Jemaat Allah Global Indonesia (GJAGI), dll.

2. Sub-ordinasion-isme

Yesus dan Roh Kudus lebih rendah dari Allah Bapa. Dua pribadi Tritunggal lainnya ditempatkan pada posisi atau derajat yang lebih rendah dari pada Allah Bapa. Pandangan ini dapat dikaitkan dengan dinamisme.

3. Pneuma-tomachianisme

Roh Kudus lebih rendah dari Yesus dan Bapa, dan Roh Kudus diciptakan oleh Yesus.

4. Modalisme/Sabelianisme/Oneness

Bapa, Yesus dan Roh Kudus adalah satu pribadi yang sama dengan 3 mode/wujud/fungsi/jabatan yang berbeda. Satu pribadi tapi berganti-ganti peran menjadi tiga manifestasi. Allah Bapa adalah pencipta dalam PL, Yesus adalah penebus dalam PB, dan Roh Kudus adalah roh penghibur pasca kenaikan Yesus ke surga.

Sekarang dikenal dengan OP (Oneness Pentecostalisme) juga UPCI (United Pentecostal Church International) GPSdI (Gereja Pentakosta Serikat di Indonesia) , GYS, dll

5. Bidat Maryamiyah atau Trinitas/Tritunggal Fisik/Jasmani ala Quran/Koliridianisme

Bidat Koliridianisme meyakini bahwa Tritunggal terdiri atas Allah Bapa, Allah Putra, dan Bunda Maria, dan bahwa Allah Putra adalah buah perkawinan Allah Bapa dengan Bunda Maria. Keberadaan bidat ini diketahui dari keterangan Epifanius di dalam risalahnya, Panarion. Allah, Yesus dan Bunda Maria adalah Tritunggal.

Rujukan Quran, ”sesungguhnya kafirlah orang-orang yang berkata bahwa: Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa…” (Qs 5:73)

“Dia tidak beristri dan tidak beranak” (Qs 72:3)

“Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri” (Qs 6:101)

“Maha Suci Allah dari mempunyai anak” (4:17)

”Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikan aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah”. (Qs 5:116)

Orang Nasrani berkata: ”Al-Masih itu putra Allah… Dilaknati Allahlah mereka.” (Qs 9:30)

”Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul… dan ibunya seorang yang sangat benar keduanya memakan makanan.” (Qs 5:75).

6. Triteisme

Triteisme adalah bidat Kristen non Trinitarian yang menekankan kesatuan Trinitas dan dengan demikian menolak monoteisme.  Bidat ini terlalu menekankan individualitas dari setiap hipostasis atau pribadi ilahi yaitu : Bapa, Putra, dan Roh Kudus, sehingga menempatkan tiga ilah ini  secara terpisah. Bidat ini sangat populer pada abad ke-3 dan ke-7 Masehi.

SALAM...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m