Langsung ke konten utama

APAKAH ALLAH MAU MENYELAMATKAN SEMUA MANUSIA?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali 

Beberapa ajaran dan doktrin fundamental iman Kristen memang rumit, salah satunya adalah ajaran yang membahas tentang relasi antara kedaulatan Allah [Kehendak Allah] dan kehendak manusia [Free Will] dalam kaitannya dengan doktrin keselamatan [Soteriologi].

Saya mendefinisikan kedaulatan Allah disini sebagai kehendak Allah yang harus dan pasti terjadi. Sedangkan definisi kehendak bebas manusia disini adalah kemampuan seorang manusia untuk membuat keputusan [Menolak atau menerima] atas sesuatu hal terlepas dari intervensi dari pihak luar.

1. KEDAULATAN ALLAH VS KEHENDAK BEBAS MANUSIA 

Mari kita mulai menyelami kerumitannya. Alkitab berkata bahwa Allah memang berdaulat terhadap segala sesuatu.

Ayub 42:2 (TB) "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. 

Mazmur 33:10-11 (TB) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; 
tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun. 

Yesaya 14:24 (TB) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firman-Nya: "Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: 

Yesaya 14:27 (TB) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? Tangan-Nya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali? 

Jika memang tidak ada rencana Allah yang gagal, maka itu artinya rencana atau kehendak Allah harus dan pasti terjadi. Rencana atau kehendak Allah tentang apa yang harus dan pasti terjadi? Berdasarkan ayat diatas, tentang segala sesuatu, tentang segala hal yang memang masuk dalam kehendak Allah.

Lalu apakah keselamatan manusia memang masuk dalam rencana atau kehendak Allah yang harus dan pasti terjadi ini? Jawaban atas pertanyaan ini adalah iya.

Yohanes 3:16 (TB) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

2 Tesalonika 2:13 (TB) Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.

Dua ayat diatas saya kira cukup untuk mengkonfirmasi bahwa Allah memang merencanakan dan menghendaki keselamatan umat manusia.

Tapi apakah itu berarti bahwa Allah memang merencanakan keselamatan semua umat manusia [Universal] atau hanya terbatas pada orang-orang tertentu saja [Orang pilihan]? Nah ini menjadi pertanyaan yang maha penting dan menjadi jantung pembahasan pada artikel ini. 

Sekarang kita akan masuk ke pembahasan yang lebih rumit, karena dengan melihat fakta bahwa ada begitu banyak jiwa-jiwa yang selama hidupnya tidak pernah mendengar Injil, juga ada begitu banyak orang yang dengan sengaja menolak Injil yang diberitakan kepada mereka, maka terbesit pertanyaan, lalu bagaimana dengan nasib mereka? apakah mereka selamat?

Dalam menjawab pertanyaan ini, kita mungkin bisa berkata bahwa mereka tidak selamat karena kehendak bebas mereka dengan sengaja menolak Injil. Dengan kata lain, mereka tidak selamat bukan karena Allah tidak mau atau tidak mampu menyelamatkan mereka. Allah memang mau menyelamatkan mereka, tapi mereka sendiri yang tidak mau menerima keselamatan yang ditawarkan itu.

Jika demikian jawabannya, maka pertanyaan pertama adalah; apakah kehendak bebas mereka [Orang-orang yang tidak mau menerima Injil itu] lebih berkuasa atau lebih kuat dari  kehendak Allah [Kedaulatan Allah] yang ingin menyelamatkan mereka?

Pertanyaan kedua; bagi orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil seumur hidup mereka, apakah Allah tidak sanggup mengirim pemberita-pemberita Injil agar tidak ada satupun jiwa dari orang-orang ini yang terhilang?

Pertanyaan ketiga; bagi orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil seumur hidup mereka, lalu bagaimana dengan dosa asal mereka? Jika mereka tidak pernah mendengar Injil, tentu mereka tidak akan pernah mendengar tentang Yesus, jika tidak pernah mendengar tentang Yesus, tentu mereka tidak akan bisa percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan juru selamat, jika tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan juru selamat, tentu dosa mereka tidak akan ditebus, jika dosa mereka tidak ditebus, lalu bisakah mereka selamat?

Jika kehendak Allah untuk menyelamatkan semua manusia memang kalah otoritas dari kehendak bebas manusia, sehingga manusia bisa menolak kehendak Allah ini, lalu masih pantaskah Allah disebut sebagai Allah? 

Jika Allah memang tidak sanggup mengirim pemberita-pemberita Injil ke seluruh penjuru dunia agar semua orang bisa mendengar Injil sehingga tidak ada yang terhilang, lalu masih pantaskah Allah disebut sebagai Allah?

Atau jangan-jangan memang bukan karena kehendak Allah kalah otoritas dari kehendak bebas manusia, juga bukan karena Allah tidak mampu mengirim pemberita-pemberita Injil ke seluruh dunia, tapi sejak awal Allah memang tidak merencanakan untuk menyelamatkan semua orang.

Allah dalam kasih karunia-Nya hanya memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan. Atau dengan kata lain, orang-orang ini adalah orang-orang yang tidak menerima kasih karunia Allah, sehingga mereka dilewatkan oleh Allah. Atau dengan bahasa yang agak "kejam" mereka adalah orang-orang yang telah ditentukan untuk binasa [Kaum reprobat].

Lalu apakah disini Allah tidak adil? Begini, menurut saya keadilan itu berbicara tentang hak dan kewajiban. Allah memang tidak punya kewajiban sama sekali untuk menyelamatkan semua orang. Dan kita sebagai ciptaan tidak punya hak sama sekali untuk menuntut Allah. Tidak ada yang telah kita lakukan kepada Allah yang setimpal dengan tuntutan atau balasan dari Allah untuk harus menyelamatkan kita. Ingat kita adalah manusia berdosa yang telah mati secara rohani.

Manusia berdosa tidak bisa melakukan suatu hal apapun yang bisa menyenangkan Allah, manusia berdosa dalam naturnya hanya bisa melakukan dosa, dosa, dan dosa. Bahkan segala kesalehan kita yang kita bangga-banggakan itu hanyalah kain kotor [Kain pembalut] di hadapan Allah. Jadi jika Allah memang hanya menyelamatkan orang-orang tertentu itu semata-mata hanya karena kasih karunia-Nya.

Efesus 2:8-9 (TB) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 

Dan jika Allah memang memilih untuk melewatkan orang-orang tertentu, itu bukan karena Allah tidak adil justru malah menunjukkan keadilan Allah. Ingat bahwa orang-orang yang dihukum itu adalah orang-orang yang telah jatuh dalam dosa, dan memang hukuman dosa adalah maut. Jadi predestinasi menunjukkan kasih karunia Allah dan reprobasi menunjukkan keadilan Allah.

Roma 6:23 (TB) Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. 

2. PREDESTINASI DAN REPROBASI ADALAH KEBENARAN ALKITAB 

Jika doktrin predestinasi memiliki landasan yang cukup kuat dalam Alkitab seperti yang termaktub pada beberapa ayat dibawah ini :

Efesus 1:4-5 (TSI3) Sebelum dunia ini diciptakan, Allah sudah memilih kita. Artinya Dia sudah mengasihi kita dan berencana untuk mempersatukan kita dengan Kristus, supaya kita disucikan dan dianggap tidak berdosa di hadapan-Nya. 

(5) Sebelum dunia ini diciptakan, Allah sudah menetapkan kita untuk diangkat menjadi anak-anak-Nya melalui Kristus Yesus, sesuai dengan kehendak-Nya. Itulah yang berkenan kepada-Nya. 

Roma 8:29 (TB) Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 

Maka pertanyaannya sekarang adalah, adakah dasar Alkitab bagi doktrin reprobasi yaitu doktrin yang mengajarkan bahwa Allah memang telah menetapkan orang-orang tertentu untuk binasa? Jawabannya bukan hanya ada, tapi juga melimpah ruah!

Amsal 16:4 (TB) TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka

Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa orang fasik memang ditentukan untuk tujuan malapetaka atau kebinasaan.

Matius 11:25 (TB) Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.

Mengapa Tuhan dengan sengaja menyembunyikan kebenaran dari orang-orang bijak dan pandai (dalam hukum Taurat Yahudi)? Jika memang Tuhan mau orang bijak dan pandai juga diselamatkan, mengapa Ia justru menyembunyikan kebenaran itu dari mereka?

Matius 13:10-15 (TB) Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?"

(11) Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.

(12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

(13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.

(14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.

(15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.

Apakah disini Tuhan menghendaki orang-orang itu untuk diselamatkan? Silakan dijawab sendiri!

Yohanes 12:39-40 (TB) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga:

(40) "Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka." 

Roma 11:7-8 (TB) Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya,

(8) seperti ada tertulis: "Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini." 

Ayat ini menyatakan bahwa orang-orang ini tidak dapat percaya atau tegar hatinya. Tetapi mengapa mereka menjadi tegar hati dan tidak bisa percaya? Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan lah yang telah membutakan mata mereka dan mendegilkan hati mereka. Nah sekarang coba pikirkan baik-baik, apakah dengan ini Tuhan menghendaki keselamatan mereka atau kebinasaan mereka?

Yohanes 17:12 (TB) Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.

Ayat ini berbicara tentang Yudas Iskariot, ternyata memang Yudas Iskariot adalah golongan orang-orang yang memang ditentukan untuk binasa.

Yudas 1:4 (TB) Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.

Teks ini menyatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang telah menyusup masuk di tengah-tengah orang percaya, orang-orang yang menyangkal Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan penguasa, dan adalah golongan orang-orang yang telah ditentukan untuk binasa.

Bahkan penetapan tentang bahwa ada orang-orang yang ditentukan untuk diselamatkan dan orang-orang yang ditentukan untuk binasa juga terlihat dari ada atau tidak adanya nama mereka dalam kitab kehidupan. Kitab kehidupan telah mencatat nama-nama orang-orang yang akan diselamatkan. Ini artinya bahwa orang-orang yang namanya tercatat dalam kitab kehidupan itulah yang akan masuk surga.

Wahyu 21:27 (TB) Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.

Sebaliknya ayat diatas secara implisit menyatakan bahwa orang-orang yang namanya tidak ada dalam kitab kehidupan pasti akan masuk neraka.

Wahyu 20:15 (TB) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.

Nah sekarang renungkan baik-baik, anda dan saya masuk ke golongan kelompok yang mana? Kelompok orang-orang pilihan atau orang-orang yang terbuang? Tapi faktanya bahwa hari ini kita bisa menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat pribadi kita, itu artinya kita adalah orang-orang pilihan Allah, orang-orang yang kepadanya Allah berkenan memberikan kasih karunia-Nya, maka bersyukurlah kepada Allah atas kasih karunia-Nya. Dengan cara apa kita bersyukur kepada Allah? dengan cara hidup yang berkenan kepada Allah.

Roma 12:1 (TB) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m