Langsung ke konten utama

HERMENEUTIKA 3


MEMBEDAKAN AYAT-AYAT YANG BERSIFAT DESKRIPTIF DAN DIDACTIC 

💥DESKRIPTIF 

Apa yang dimaksud dengan ayat-ayat deskriptif?

Bagian ayat yang bersifat deskriptif adalah bagian yang berupa cerita yang terjadi sungguh-sungguh dan bersifat menggambarkan apa yang sedang terjadi pada saat itu. Cerita-cerita itu tidak boleh kita anggap sebagai rumus/hukum/norma bagi kita.

Ilustrasi : ini sama seperti saat kita membaca berita di koran bahwa hari kamis kemarin telah terjadi kecelakaan pesawat dengan rute penerbangan Batam - Medan. Berita koran itu hanya memberitahu kita bahwa pada hari Kamis kemarin memang telah terjadi kecelakaan pesawat dengan rute Batam - Medan, itu tidak bermaksud bahwa setiap pesawat yang bertolak dari Batam ke Medan pada hari kamis pasti akan jatuh/celaka.

👉CONTOH 1 

Kel 14 menceritakan tentang peristiwa dimana Allah membelah laut Teberau sehingga bangsa Israel bisa menyebrang di tanah yang kering. Ini hanya kisah/peristiwa/kejadian yang diceritakan kepada kita. 

Ini bukan rumus/norma/hukum artinya kita tidak diperintahkan untuk menyebrangi laut dengan cara demikian.

👉CONTOH 2 

Yosua 6 menceritakan robohnya tembok Yerikho setelah dikelilingi selama 7 hari.

Ini merupakan bagian yang bersifat deskriptif, sehingga tidak boleh dijadikan hukum/norma dalam peperangan.

👉CONTOH 3 

Kis 5:18-19 dan Kis 12:3-11 menceritakan bahwa pada waktu rasul-rasul ditangkap dan dipenjarakan, Tuhan membebaskannya dengan menggunakan mujizat.

Bahwa Tuhan membebaskan rasul-rasul dari penjara dengan mujizat itu hanyalah cerita, itu bukan norma bahwa apabila orang Kristen dipenjara maka harus/pasti akan dibebaskan secara mujizat. Faktanya malah Yohanes Pembaptis dipenjara lalu dipenggal (Mat 14:3-12); Yesus sendiri ditangkap lalu disalibkan sampai mati, dan rasul Yakobus ditangkap lalu dipenggal (Kis 12:2).

👉CONTOH 4 

Yoh 11 menceritakan bahwa Yesus membangkitkan Lazarus yang sudah mati selama 4 hari. Ini adalah bagian descriptive, sehingga tidak boleh diartikan seakan-akan setiap orang Kristen yang mati akan bangkit pada hari ke 4.

👉CONTOH 5 
 
Kis 28:1-6 menceritakan bahwa Paulus digigit ular berbisa tapi dia tidak mengalami celaka. Kisah ini juga bersifat deskriptif tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk mengajar bahwa orang Kristen tidak akan mengalami bahaya apa-apa kalau digigit ular berbisa.

👉CONTOH 6 

Mat 14:29 menceritakan bahwa Petrus berjalan diatas air. Bagian ini juga bersifat deskriptif, sehingga tidak bermaksud bahwa orang Kristen pasti bisa berjalan diatas air seperti Petrus.

👉CONTOH 7 

Ada banyak bagian yang bersifat deskriptif dalam kitab suci tentang hal-hal yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yang bukan merupakan norma/hukum, dan karenanya tidak harus kita lakukan 

Misalnya :

- Yesus tidak pernah pacaran dan menikah. Ini tidak berarti bahwa semua orang Kristen tidak boleh pacaran dan menikah.

-Yesus berpuasa 40 hari 40 malam di padang gurun (Mat :1-11; Luk 4:1-13). Ini tidak berarti bahwa semua orang Kristen harus berpuasa 40 hari 40 malam di padang gurun.

-Yesus hanya memiliki 12 murid dan semuanya laki-laki (Mat 10:1-). Ini tidak berarti bahwa Sekolah Theologi mahasiswanya cukup 12 orang, dan hanya untuk mahasiswa laki-laki.

💥DIDACTIC

Bagian yang bersifat Didactic adalah bagian yang bersifat pengajaran (Yunani : Didache) dan bisa berbentuk suatu pernyataan, janji, perintah atau larangan. Dan ini adalah rumus/hukum/norma bagi kita.

👉CONTOH 1 

Kis 16:31 *"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat"* ini adalah bagian yang bersifat Didactic.

Fil 4:4 "Bersukacitalah Senantiasa" ini adalah bagian yang bersifat Didactic.

Efesus 5:20 "Ucaplah Syukur senantiasa atas segala sesuatu"

Ini adalah hukum atau norma bagi kita, yang menyuruh kita untuk bersukacita senantiasa.

💥CATATAN 1

Bagian yang bersifat deskriptif walaupun bukan rumus/hukum tapi juga mengandung pengajaran.

👉CONTOH :

Peristiwa Petrus berjalan di atas air (Mat 14:28-31) mengajar bahwa :

-Yesus/Allah berkuasa atas hukum alam, sehingga pada saat tertentu bisa saja 'melindas' hukum alam itu.

-Dalam menghadapi persoalan/bahaya, mata kita harus ditujukan kepada Yesus, supaya kita tetap beriman dan tidak takut/kuatir.

Yesus beri makan 5000 orang (Yoh 6:1-14), mengajar kita bahwa :

-Allah sering tidak bisa diukur dengan matematika.
-Sesuatu yang tidak berarti (5 roti dan 2 ikan) waktu dipersembahkan kepada Tuhan dengan tulus, bisa menjadi berkat bagi banyak orang.

Kita bisa menggunakan orang-orang saleh sebagai teladan hidup. Misalnya :

-Iman Abraham dalam menantikan janji Tuhan.
-Kesetiaan Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego.
-Kesalehan Ayub, dsb.

Tapi tidak boleh menjadikan dosa mereka sebagai teladan. Contoh :

-Poligami tokoh-tokoh Alkitab
-Dusta Abraham dan Ishak (Kej 12:11-13; Kej 26:7)
-Perzinahan Daud (2 Sam 11)

💥CATATAN 2 

Kalau sesuatu yang bersifat deskriptif terjadi terus menerus tanpa kecuali, maka itu memungkinkan kita menjadikan bagian ini sebagai rumus/hukum/norma. Misalnya :

-Dalam kitab suci baptisan selalu dilakukan pakai air, maka itu menjadi rumus/norma
-Dalam kitab suci Perjamuan Kudus menggunakan roti dan anggur, maka itu menjadi rumus/norma
-Dalam Kitab Suci semua kesembuhan ilahi bersifat :

•Terjadi secara sempurna (sembuh total)
•Terjadi secara langsung (tidak perlahan-lahan)
•Tidak kambuh lagi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m