Langsung ke konten utama

TEO LAMBU (PROSESI GANTUNG BAJU) RU'U TU'U JAGA RARA (AWASI YANG TELAH MATANG)

SUMBER : COPAS DARI FB 

Logo Kabupaten Ende 
TEO LAMBU adalah salah satu seremonial adat acara pertunangan dalam tradisi adat Ende Lio. Prosesi yang sakral ini biasanya disaksikan oleh kedua keluarga besar laki-laki dan perempuan, tokoh masyarakat, tokoh adat, rohaniawan, serta undangan lainnya. Dibaluti busana adat RAGI MITE, LAMBU JA, LUKA, LESU untuk kaum pria dan untuk kaum wanita LAWO dan LAMBU.

KURA FANGGA NO LOWO-LOWO, RO'A LOKA NO KELI- KELI (Di setiap tempat punya pemimpinnya dan kebiasaan yang berbeda). Kalimat ini akan menyesuaikan apabila ada perbedaan kebiasaan. Prosesi awal keluarga wanita dalam hal ini TALI NAO BHETO BEWA (Juru bicara keluarga wanita) bertanya maksud dan tujuan keluarga pria yang datang ke rumah orang tua wanita, dan setiap pertanyaan hanya bisa dijawab oleh delegasi keluarga laki-laki atau juru bicara yang telah ditentukan keluarga laki-laki. 

Pihak keluarga laki-laki membawakan SA LIWU SA EKO. Liwu dalam tradisi Ende Lio adalah NGAWU atau emas tua, namun sekarang karena susah didapat sehingga bisa digantikan dengan nilai uang. Sedangkan EKO adalah hewan seperti Sapi, Kuda, Kerbau, Babi dengan jumlah yang dibawa tidak ditentukan sesuai kesanggupan dari keluarga laki-laki. Tahap selanjutnya adalah keluarga wanita akan meletakan RAGI MITE (Sarung Pria), maksud dari peletakan ragi mite ini adalah untuk mengalasi seluruh pembicaraan kedua belah pihak.

Berikutnya, pihak keluarga pria yang diwakili oleh jubir menjawab pertanyaan dengan menyampaikan maksud kedatangan tersebut. Inti dari pembicaraan adalah TEO TANDA atau menggantung baju atau memberi tanda kepada si gadis dan keluarganya agar tidak lagi menerima pria lain. 

Pembicaraan pada tahap ini sekaligus menunjukkan materi-materi yang dibawa pihak keluarga laki-laki  seperti LIWU DAN EKO. Apabila pihak keluarga wanita menyatakan setuju maka persetujuan ini dibuktikan dengan SERE atau penyerahkan paket pakaian adat kepada keluarga laki-laki. Pihak keluarga laki-laki akan meletakan sejumlah uang di bawah paket pakaian adat tersebut. Jika sudah diletakan maka paket itu akan diambil oleh keluarga wanita untuk disimpan sementara di ruang persiapan. Uang yang diletakan oleh keluarga laki-laki ini merupakan tanda balasan dan penghargaan kepada keluarga wanita. 

Tahap berikutnya yaitu wejangan atau nasehat dari orang tua, pemuka adat, rohaniawan, pemerintah setempat atau orang yang telah ditunjuk kepada sang pria dan si gadis tersebut yang telah bersepakat untuk menjalani hubungan selanjutnya. Intinya adalah kedua belah pihak meminta kepada masing-masing agar saling menjaga hubungan yang sudah dijalin. Tidak menerima gadis lain maupun pria lain, dan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka akan dikenakan sangsi adat. Nasihat ini juga sekaligus mengingatkan kepada si pria dan si gadis untuk boleh datang bertamu atau menginap di rumah keduanya. Namun ada batasan, yaitu MA'E ROKE DURI atau belum bisa tidur bersama. 

Selanjutnya pihak keluarga perempuan menyampaikan nilai belis dan MAJO seperti AE SUSU INE (Penghargaan kepada ibu kandung), GAJO AE KEWI MOKE (penghargaan kepada ayah kandung), PIDO PU'U RATE HAMU (Penghargaan kepada paman kandung), JARA SAKA NARA MBENDI SAU (penghargaan kepada saudaranya si gadis), ATA GODO (Orang yang jaga di rumah adat). Pada tahap ini keluarga laki-laki bersifat pasif yaitu hanya mendengarkan apa yang diminta oleh pihak keluarga wanita. Usai tahapan ini, keluarga laki-laki  langsung berpamitan untuk kembali ke tempat mereka. 

Proses lanjutan yang dilakukan oleh keluarga wanita adalah menghantar GENU WENA (makanan dan paket pakaian adat yang dihidangkan tadi) kepada keluarga laki-laki. Mereka menghantar sampai di rumah tinggal pria. Di sana pihak perempuan yang menghantar akan dijamu, lalu ketika akan kembali pihak keluarga pria menyerahkan JE TORA ARE simbol balasan pembersihan akhir berupa sejumlah uang sebagai tanda terima kasih atau sering disebut PUSI BENGA. Makna pusi benga adalah mengisi kembali bakul yang telah kosong dari keluarga perempuan sehingga ketika mereka kembali masih ada isinya. Makna simbolisnya adalah kedua belah pihak ini saling memberi hormat dan penghargaan antara satu dengan yang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m