Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali
Diktum "cogito ergo sum atau aku berpikir maka aku ada" mungkin terdengar asing di telinga kaum awam, tapi bagi orang yang mendalami filsafat, mereka tentu sangat familiar dengan semboyan ini.
Di musim dingin yang ekstrem pada abad ke 16, Descartes duduk merenung dekat sebuah tungku panas, sembari menghangatkan badannya, sang filsuf ini ternyata sedang berdialog dengan pikirannya.
Entah kenapa saat itu Descartes meragukan keberadaan dirinya. "Ah apakah aku ini ada?" gumam Descartes dalam hati. Pikirannya sendiri kemudian menimpali, "Hmm kalau aku tidak ada, lalu siapa yang sedang meragukan keberadaanku ini?".
Berangkat dari kontemplasi itu, Descartes kemudian menemukan dasar yang fundamental bagi filsafatnya. Menurut Descartes, pikiran manusia (rasionalisme) menjadi satu-satunya dasar bagi pengetahuan. Tesis Descartes ini membantah langsung dan menjadi lawan yang sepadan bagi filsafat empirisme.
Apa itu empirisme? filsafat empirisme meyakini bahwa pikiran manusia adalah hasil dari segala persepsi inderawi, hasil dari tangkapan mata yang melihat, lidah yang merasa, tangan yang meraba, maupun bau yang dicium oleh hidung. Oleh sebab itu, empirisme menolak segala bentuk ide atau pengetahuan dari luar sensasi inderawi manusia.
Bertolak belakang dengan empirisme, bagi Descartes pengetahuan yang dihasilkan oleh indera tidak memiliki kepastian apapun. Indera manusia hanya menangkap gambaran atau item-item yang tampak, tapi tidak bisa memberikan kesimpulan atau informasi apapun tentang objek itu.
Misalnya saat mata kita melihat sebuah botol dan tutup botol diatas meja, mata kita tidak bisa memberikan informasi bahwa fungsi dari tutup botol ini adalah untuk menutup botolnya. Mata kita hanya bisa menunjukkan bahwa diatas meja ini ada dua benda yang berbeda, sedangkan untuk apa benda itu? atau apa fungsi dari benda-benda itu? mata kita tidak punya kemampuan untuk memberikan informasi itu.
Descartes juga mengkritik cara kerja indera manusia yang terkadang menipu pemiliknya. Misalnya saat kita melihat pulpen diatas gelas yang berisi air, mata kita menangkap bahwa pulpen itu bengkok, padahal sebenarnya pulpen itu lurus. Pulpen itu terlihat bengkok hanya karena hasil dari pembiasan cahaya.
Atau saat kita melihat pesawat yang terbang diatas udara, dari kejauhan kita melihat pesawat itu sangat kecil, bahkan ukurannya hanya segenggam tangan manusia, tapi pada faktanya adalah pesawat adalah benda yang besar. Dengan demikian Descartes berkata, "Hei manusia jangan percaya pada inderamu itu, karena mereka itu penipu!".
Setuju kah anda dengan Descartes bahwa indera kita adalah penipu?
Komentar
Posting Komentar