Langsung ke konten utama

4 GOLONGAN TEOLOG DI INDONESIA

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali 

Dalam interaksi virtual saya di sosial media, baik itu di FB, atau YouTube, Saya melihat ada 4 golongan teolog di Indonesia. Disini saya menggunakan istilah "Teolog" ini dalam pengertian bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki minat yang serius dan aktif dalam diskursus teologi Kristen di FB, tidak terbatas dalam pengertian bahwa seseorang yang telah memiliki gelar dan background akademik teologi secara resmi.

Golongan pertama. Ini adalah orang-orang yang konservatif yang memegang Doktrin Ortodoksi secara ketat. Golongan ini biasanya memiliki semangat apologetik yang kuat. Golongan ini biasanya datang dari kaum Reformed, mereka adalah sekumpulan orang-orang yang mempelajari doktrin Calvinis secara ketat.

Mereka membentuk kubu (group) di FB dan WA, mereka membuat buletin, mengadakan diskusi akademik secara teratur dengan pembicara-pembicara yang berkompeten, dan siap pasang badan untuk membendung dan mengcounter ajaran-ajaran sesat, teologi liberal yang terjangkit virus relativisme postmo, menjadi musuh utama kelompok ini.

Niat baik dan semangat luhur dari golongan ini tentu harus diapresiasi, namun terkadang terkesan terlalu vulgar dan sporadis dalam menyerang lawan yang berbeda paham, sehingga menjadi api pemicu polemik diantara kekristenan.

Saya mengenal beberapa nama dari golongan ini yang saya kagumi wawasan teologisnya, saya bahkan belajar dari mereka, namun tetap tidak suka dengan sikap mereka yang kasar, kendati demikian, niat baik yang diusung oleh golongan ini sangat luhur.

Golongan kedua. Ini adalah golongan orang Kristen yang lebih mengutamakan moralitas dan perbuatan baik. Sejauh pengamatan saya mereka tidak membentuk kubu di FB. Orang-orang yang termasuk di dalam golongan ini biasanya bergerak sendiri, cenderung tidak terlalu suka doktrin, motto mereka adalah "hasilkan buah" maksudnya seorang Kristen harus menunjukan kehidupan Kristen yang baik, dengan peka secara sosial, seperti aktif melakukan donasi, harus mengucapkan kata-kata yang santun dan sebagainya. 

Prinsip kepedulian sosial yang diusung dan sikap mengabaikan doktrin, cenderung menjadikan orang-orang yang termasuk dalam golongan ini menjadi "baik secara moral tapi bodoh secara rohani". 

Karena tidak dibekali oleh pemahaman yang benar akan Kekristenan, orang-orang dengan tipe dalam golongan ini seringkali tidak bisa berdebat atau berapologetika dengan baik saat diserang oleh para bidat. Alhasil mereka menjadi bulan-bulanan saksi yehuwa atau para polemikus muslim.

Golongan ketigaini adalah golongan orang Kristen yang saya sebut sebagai abu-abu secara rohani. Mereka tak hitam tak putih, tak berani mengambil sikap atas sebuah isu. Lebih suka duduk diam sambil mengamati kegaduhan di sosial media. Golongan ini menurut saya sudah sangat terjangkit oleh virus relativisme postmo. Diam-diam mereka mengkritik dalam hati orang-orang dari golongan 1 diatas, tapi tak berani bersuara karena takut ikutan digebuk.

Bagi orang-orang yang termasuk dalam golongan ini, kebenaran itu relatif, doktrinal bisa berkembang sesuai dengan tuntutan jaman. Bagi mereka orang Kristen seharusnya lebih bersikap permisif terhadap ajaran-ajaran lain atau yang baru, kendati ajaran itu adalah ajaran yang jelas-jelas menyimpang ataupun sesat secara fundamental dalam iman Kristen. Sama seperti golongan 2, mereka juga menitikberatkan Kekristenan kepada perbuatan baik atau moralitas.

Orang-orang yang termasuk dalam golongan ini banyak juga dari latar belakang pendidikan yang tinggi, titel mereka berjejer panjang dan berbaris rapi di belakang nama. Sebagian besar dari mereka adalah dosen, akademisi, penulis buku, bahkan pemimpin dari suatu denominasi. Mereka adalah teolog-teolog liberal, yang memperkosa firman Tuhan atas nama keprihatinan sosial. 

Mereka musuh dalam selimut yang menggerogoti Kekristenan dari dalam, mereka biasanya pukul dada dan menganggap diri paling humanis, cinta damai, tapi kedamaian yang dibawa adalah kedamaian palsu. Karena kedamaian sejati tidak menerima apa yang salah, tidak berusaha mengaburkan antara yang salah dan benar, kedamaian yang sejati tidak relatif, tidak abu-abu, ia tegas bersikap A atau B, either-or, either this or not.

Golongan keempatsejauh pengamatan saya, tak banyak orang yang berada di barisan golongan ini. Ini adalah golongan orang-orang yang saya sebut sebagai "seimbang secara rohani", pemahaman theologis mereka sangat dalam, moralitas mereka juga bisa menjadi panutan. Mereka benar-benar adalah orang Kristen yang berbobot, humanis secara sosial tapi tegas secara rohani. Orang yang berada dalam golongan ini sangat reaktif terhadap ajaran yang sesat, mereka tak pernah tinggal diam ketika melihat penyelewengan terjadi di depan mata. Mereka akan melakukan faith defense, mereka fight habis-habisan tapi dengan sikap yang sopan dan bahasa yang santun. Bagi mereka tak perlu kata kasar atau caci maki dalam apologetika.

Sebagai bentuk penghormatan, ijinkan saya menyebutkan beberapa nama yang menurut saya layak masuk dalam golongan ini. Penghormatan setinggi-tingginya kepada :  Pak Bedjo Lie, Pak Yakub Tri Handoko, dan Pak Esra Alfred Soru.

Terakhir, saya ingin mengutip dua quote yang indah. Dan saya berharap melalui quote ini, orang Kristen bisa secara proporsional membedakan dan menempatkan antara kebajikan sosial kemanusiaan dan doktrinal yang fundamental sebagai seorang Kristiani.

Fiat justitia ruat caelum : Hendaklah kebenaran ditegakkan walaupun langit akan runtuh. ~ Lucius Calpurnius Piso Caesoninus (43 SM).

Mereka yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan. ~ Ali Bin Abi Thalib (599 M)

Komentar

  1. God Bless sayangku. Tetap semangat dalam menulis artikel

    BalasHapus
  2. Anonim8/7/22

    Sangat keren....Pak Bedjo Li...saya kenal baik di sby.....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGITIGA PARADOX : ANTARA PROVIDENSI, DOSA, DAN KEKUDUSAN ALLAH

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali PENDAHULUAN Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata paradoks? Bagi saya memikirkan paradoks ini rasanya sama seperti kita sedang naik "Roaler Coaster". Suatu aktifitas berpikir yang memusingkan sehingga benar-benar memeras otak. Tapi sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin memastikan bahwa pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan paradoks, karena istilah seperti ini tidak terbiasa lahir dari letupan-letupan percakapan ringan ala kedai tuak, sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa ada yang belum mengerti dengan istilah ini. 1. PARADOKS  Apa itu paradoks? Paradoks bisa didefinisikan sebagai dua pernyataan yang berlawanan tapi keduanya sama-sama benar. Atau paradoks juga bisa diartikan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Padahal kita tahu bahwa secara logika sesuatu yang salah tidak bisa menjadi benar disaat yang sama. Berikut ini contoh pernyataan yang bersifat paradoks:  "DION YANG ORANG FLORES ITU BERKATA BAHW

50 TANYA-JAWAB SEPUTAR IMAN KRISTEN

1. Jika Yesus adalah Allah, mana pengakuan Yesus secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah? JAWAB :  Iman Kristen tidak mendasarkan hanya pada pengakuan langsung dari mulut Yesus. Iman Kristen percaya kepada kesaksian seluruh kitab suci walaupun Yesus tidak pernah mengumumkan bahwa Dia adalah Allah tapi kitab suci memberitahukan dan mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah. Jika kepercayaan atas ke-Allahan Yesus harus menuntut pengakuan langsung dari Yesus, lalu mengapa harus tiba pada kesimpulan bahwa Yesus bukan Allah, sedangkan Yesus tidak pernah mengakui bahwa Dia bukan Allah. Kesaksian dari penulis Injil sudah cukup untuk mengafirmasi bahwa Yesus adalah Allah, karena mereka adalah orang-orang yang ada di sekeliling Yesus mereka adalah para saksi-saksi mata. Sedangkan orang yang menolak Yesus tidak pernah hidup sejaman dengan Yesus. 2. Apa bukti bahwa Yesus adalah Allah? JAWAB :  Bukti bahwa Yesus adalah Allah adalah, Yesus memilik sifat-sifat dan melakukan tindakan-tindakan

BENARKAH BAHWA YESUS BUKAN THEOS?

Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali  Menurut DR. Erastus Sabdono, Yesus itu sebenarnya bukan Theos, kata Theos hanya merujuk kepada pribadi Allah Bapa, tidak pernah merujuk kepada pribadi Allah Anak/Yesus. Nah untuk meneguhkan pandangannya, beliau lalu mengutip 2 Kor 1:3 .  2 Korintus 1:3 (TB) Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, Sedangkan menurut beliau kata Yunani yang digunakan ketika merujuk pada Yesus adalah kata Kurios [Tuhan/Tuan] bukan Theos. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka Erastus Sabdono merasa bahwa Yesus seharusnya tidak sederajat dengan Bapa. Kata Theos ini diterjemahkan LAI sebagai Allah, maka implikasinya [bahayanya] adalah jika Yesus bukan Theos, maka Yesus juga bukan Allah. Lalu bagaimana kita menanggapi atau menjawab ajaran Erastus Sabdono ini? Sebenarnya kalau kita merujuk ke bahasa aslinya [Yunani] kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak ayat Alkitab yang m