Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali
Beberapa hari yang lalu calon istri saya meminta tanggapan saya tentang seseorang yang menulis TS di akun facebooknya yang mempersoalkan orang yang berdoa dengan mengucapkan "Selamat Pagi Bapa". Menurut orang itu, berdoa dengan frasa "Selamat pagi atau Selamat malam", ini seolah-olah mengukung atau membelenggu Allah dengan waktu manusia yang terbatas.
Mendengar pertanyaan calon istri saya, saya jadi ingat dengan pertanyaan di group Studi Refomed bersama MYM beberapa tahun yang lalu. Saat itu seseorang dengan akun yang bernama Gli Azzurri juga bertanya dengan pertanyaan yang sama kepada Pak Muriwali Yanto Matalu. Dan jawaban MYM adalah sebagai berikut :
Pernyataan semacam itu secara teologis salah. Ada dua masalah di sini.
1) Allah yang kekal, yang memenuhi dan melampaui segala waktu dan ruang, TIDAK MEMILIKI pagi, siang, dan malam. Ketika anda berkata "Selamat pagi Tuhan" anda berbuat seolah-olah Tuhan dikurung oleh waktu sama seperti kita. Dan, jika orang yang tidak percaya mendengar itu, maka mereka bisa berpikir bahwa Tuhannya orang Kristen ternyata dikurung waktu, lalu akhirnya berasumsi bahwa kalau malam hari mungkin Tuhannya Kristen itu tidur atau istirahat. Spekulasi yang liar dari orang tak percaya, bahkan orang Kristen yang tak paham, akan muncul, dan ini akan sangat menyesatkan.
2) Arti "Selamat Pagi" dsb, tentu anda tahu. Itu adalah ucapan yang mengandung harapan bahwa orang yang menerima salam kita itu akan sehat, sejahtera, dan selamat. Istilah "selamat" sebagai salam dalam Bahasa Indonesia bisa setara dengan istilah Shalom atau Assalamualaikum. Nah, masakan Tuhan yang hidup selama-lamanya, tak terbatas, pemilik segala sesuatu, dan juga pemilik keselamatan kita, harus mendapatkan ucapan selamat kita? BETAPA KURANG AJARNYA ORANG KRISTEN YANG DEMIKIAN.
Lalu bagaimana tanggapan saya? menurut saya, agar memahami gagasan dari si pendoa ini, maka kita harus masuk ke pikirannya dan menyelinap ke dalam isi otaknya. Kita harus bisa mengetahui definisi frasa "Selamat Pagi" yang digunakan dalam doa ini.
Apakah benar seperti yang dikatakan oleh MYM bahwa definisi "Selamat Pagi", disini merujuk kepada pengharapan akan keselamatan? atau dengan pengertian bahwa "Bapa di surga" juga terkekang oleh ruang dan waktu?
Bagaimana kalau si pendoa ini menggunakan definisi yang lain, yaitu "Selamat Pagi Bapa" diucapkan sebagai bentuk ungkapan kedekatan dan ekspresi hati seorang penyembah yang menggunakan bahasa manusia dalam keterbatasannya sebagai manusia?
Jika Allah saja harus menggunakan bahasa manusia (antropomorfisme) agar manusia bisa menangkap pesan-Nya, apalagi manusia yang terbatas. Lagipula, jika alur pikiran seperti Pak MYM ini diterapkan secara konsisten dan ketat terhadap setiap teks dalam Alkitab, maka kita akan menemukan ada begitu banyak ayat yang "ganjil"
Teks-teks seperti "tangan Tuhan", "mata Tuhan", "langkah kaki Tuhan", ini menggambarkan seolah-olah bahwa Allah memiliki anggota tubuh layaknya manusia. Kita bahkan tidak layak memanggil Allah dengan sebutan Bapa karena ini seolah-olah mengukung Allah dalam suatu jenis kelamin tertentu, bukankah Allah itu tak berjenis kelamin?
Jadi, kesimpulannya menurut saya tak masalah kita berdoa entah dengan mengucapkan selamat pagi, siang, atau malam. Asalkan dilakukan dengan khusyuk dan dengan pengertian yang benar sebagai ekspresi kedekatan antara kita dengan Bapa, antara ciptaan dengan Penciptanya.
Salam.....
PENULIS
Komentar
Posting Komentar