Apologetika presaposisi Van Tillian bukanlah membawa satu bagian dari doktrin Kristen lalu diperhadapkan dengan doktrin dari iman yang lain. Tidak! Apologetika presaposisi Van Tillian adalah membawa seluruh worldview Kristen, yakni teologi sistematikanya secara utuh, untuk diperhadapkan dengan worldview lawan. Maka, tesis pertama yang kita harus terima adalah bahwa Alkitab itu self-evident dan tak membutuhkan justifikasi dari manusia. Kedua, bahwa Alkitab adalah satu-satunya kebenaran yang mutlak, dan ketiga bahwa Allah Tritunggal adalah satu-satunya adalah Allah yang benar.
Apapun yang bertentangan dengan Alkitab pasti palsu. Kok bisa, ya itu tadi, karena Alkitab dan Allah Alkitab adalah satu-satunya yang benar. Nah, orang menuduh Van Tillian di sini sebagai menggunakan logical fallacy, yakni berargumentasi secara sirkular. Sebenarnya ini salah kaprah, dan saya tak mau membahas itu di sini, nanti terlalu melebar.
Mari kita masuk ke inti pertanyaan anda. Jika kita ditanya balik apa yang menjadi standar kita melihat Alkitab sebagai satu-satunya yang benar? Jawaban saya, sifat Alkitab yang self-evident tadi. Kok bisa? Iya! Di video debat saya dengan nandar, anda sudah lihat bagaimana saya me-reductio ad absurdum atau saya memustahilkan argumentasinya. Itu berarti bahwa dia berdiri di atas presaposisi (bahasa sederhananya: posisi) yang tak dapat dipertahankan. Maka, jika dia gentle dan tidak keburu ngacir sebetulnya, saya akan membawa dia ke posisi Kristen kita, untuk menunjukkan rasionalitas iman Kristen yang presaposisinya Alkitab dan Allah Alkitab (Tritunggal). Saya akan menunjukkan bahwa ayat-ayat yang dia permasalahkan sebagai menubuatkan nabi dia, itu sama sekali tak relevan, dan justru menyatakan bagaimana indahnya kasih antara suami dan isteri Kristen, indahnya kasih Kristen, dan indahnya kasih Kristus pada gereja-Nya. Demikianlah kalau kita membaca Kidung Agung dengan perspektif yang benar. Dan, dalam apologetika presaposisi semacam ini, kita bisa melihat relevansi hal itu ke dalam berbagai aspek, e.g. penebusan Kristus, termasuk rasionalitas dan meaningfulness-nya kepercayaan terhadap Tritunggal, e.g. jika dibandingkan dgn keyakinan unitarian yang tak bisa dipertahankan jika misalnya dikaitkan dengan eksistensi kasih, logika, moral, dll. Jadi semua berkaitan. Yang jelas anda bisa cerita dari Taman Eden sampai kepada kedatangan Kristus kali kedua utk menyatakan bagaimana rasional dan bagaimana bermaknanya iman Kristen. Ini tak mungkin dipatahkan, selama seseorang berpikiran waras. Jadi, seluruh bangunan worldview Kristen yang kita bawa, bukan satu aspek atau sebagian saja. Nah, ini yang oleh sebagian orang, katakan sebagai red herring (pengalihan topik). Tetapi ini salah kaprah, karena semua itu ada relevansinya.
(Muriwali Yanto Matalu)
Komentar
Posting Komentar