Oleh : Dionisius Daniel Goli Sali
"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai duka." (1 Timotius 6:10)
Belakangan ini jagad maya kita dihebohkan dengan istilah "Crazy Rich" dan "Sultan". Tentu saja istilah-istilah ini telah didefinisi ulang sesuai dengan terminologi yang mereka inginkan untuk disematkan kepada mereka. Perkembangan dunia sosial dengan segala arus informasi yang serba cepat dan membludak, turut andil dalam membantu istilah-istilah ini untuk cepat populer.
Crazy Rich dan Sultan, adalah Julukan yang disematkan kepada mereka-mereka yang merasa diri kaya mendadak dalam waktu yang singkat.
Sebenarnya, menurut saya tak ada yang salah dengan keberhasilan seseorang dalam meraih kesuksesan atau berhasil mengumpulkan pundi-pundi (harta kekayaan) yang banyak dalam usia yang muda. Namun yang menjadi masalah disini adalah tingkah pongah dan aksi Show Off mereka yang memamerkan kekayaan secara berlebihan di masa pandemi seperti sekarang ini, disaat semua orang susah dan tertatih-tatih secara ekonomi, mereka malah memamerkan kekayaan dengan sombongnya, tidak peduli dengan lingkungan sosial disekelilingnya. Benar-benar krisis moral dan memalukan.
Pada akhirnya sumber dana Crazy Rich seperti Indra Kenz dan Doni Salmanan pun diselidiki, dan terkuak bahwa ternyata selama ini para sultan-sultan ini rupanya memainkan trading bodong, jika teman-teman masih kurang paham apa itu "trading bodong", Maka kita pakai saja istilah yang paling umum dan konvensional, yaitu penipuan.
Bagi teman-teman yang kuliah ekonomi atau yang melek literasi ekonomi, atau yang berkecimpung di dunia investasi, pasti pernah mendengar istlah-istilah ini: Trading, Affiliator, Flexing dan Bonari Option. Istilah diatas ini, berhubungan dengan investasi berbasis digital yang menjanjikan para tradernya memanen uang dalam waktu yang singkat dengan nominal yang besar. Mereka akan menjadi Milioner atau OKB (Orang Kaya Baru). Tentu saja aplikasi-aplikasi ini adalah aplikasi penipuan yang telah menjerat ratusan atau mungkin ribuan korbannya.
Lalu, bagaimana kita sebagai orang Kristen memandang fenomena ini?. Alkitab jauh-jauh hari telah mengingatkan kita bahwa akar dari segala kejahatan adalah cinta uang. Cinta uang dan ketamakan terhadap materi membuat kita menghalalkan segala cara, tak peduli apakah cara itu berkenan di mata Tuhan atau tidak. (1 Timotius 6:10)
Pada dasarnya, Iman Kristen tidak melarang orang-orang Kristen untuk kaya. Tapi bagaimana seorang Kristen mempertanggungjawabkan kekayaan yang telah Tuhan berikan padanya, itu adalah poin yang penting untuk direnungkan.
Harta dan materi bisa digunakan sebagai media untuk melayani Tuhan dan sesama. Dengan harta kita bisa membantu perkabaran Injil, dengan harta kita bisa membantu merehabilitasi mereka yang mengalami gangguan jiwa, dengan harta kita juga bisa memberi makan anak-anak yatim. Harta adalah suatu alat atau instrumen, bukana malah sebaliknya kita yang diperalat oleh harta.
Kasus yang menimpa Indra Kenz dan Doni Salmanan adalah contoh nyata kehidupan manusia yang diperalat oleh harta. Bagi mereka kehidupan ala hedonisme adalah kehidupan yang mereka impikan selama ini. Hidup bak di istana dan dilayani dengan serba VIP. Mereka tak peduli bahwa diluar istana halu yang mereka bangun, ada jutaan orang kecil yang kelaparan.
Mereka bagaikan raja yang bermewah-mewah bersama selir dan permaisuri, sambil dihidangi makanan enak dengan piring dan cawan emas, sementara itu diluar istana ada jutaan orang susah dan tunawisma yang sedang menunggu remah-remah jatuh dari meja mereka.
Bagaimana sikap kita orang percaya agar tidak menjadi hamba uang? Mungkin 2 tips ini bisa membantu :
Pertama; dengan merasa cukup. Perasaan cukup bisa mencegah kita agar tidak terjatuh kepada berbagai jenis kejahatan karena uang.
Kedua; dengan bersyukur. Mensyukuri atas segala yang telah Tuhan berikan dalam kehidupan kita membantu kita untuk tidak menjadi hamba uang.
Saya berharap, semoga anda dan saya, dan semua yang membaca tulisan ini, kita adalah orang-orang yang merasa cukup dan selalu mengucap syukur dalam hidup ini.
AMIN
PENULIS
Komentar
Posting Komentar