Shalom pembaca yang Budiman. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang suatu istilah dalam filsafat yang disebut paradoks. Lalu kemudian kita akan tanggapi dalam sudut pandang kekristenan.
Tapi sebelumnya kita harus terlebih dahulu tahu apa yang dimaksud dengan paradoks?. KBBI mendefinisikan paradoks sebagai suatu pendapat yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tapi kenyataannya mengandung kebenaran.
Paradoks sendiri ada bermacam-macam jenisnya, kita tidak akan membahas semuanya, kita hanya akan membahas paradoks yang biasa digunakan oleh ateis untuk menggugat keTuhanan, yang dikenal dengan istilah omnipotent paradoks.
Lalu apa itu omnipotent paradoks?, nah untuk memahami istilah ini, kita harus memahami dulu apa yang dimaksud dengan omnipotent?, omnipotent adalah istilah Theologi yang merujuk pada pengertian kemahakuasaan Tuhan. Omnipotent artinya kemahakuasaan atau memiliki suatu kekuatan yang tak terbatas.
Jadi omnipotent paradoks bisa diartikan sebagai usaha untuk menggugat kemahakuasaan Tuhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kontradiksi lalu membenturkannya dengan sifat-sifat Tuhan.
Nah beberapa dari contoh pertanyaan omnipotent paradoks adalah sebagai berikut :
1. Apakah Tuhan bisa menciptakan batu yang sangat besar, sehingga Tuhan sendiri saja tidak sanggup untuk mengangkatnya?
2. Apakah Tuhan bisa menciptakan gunung tanpa lereng?
3. Apakah Tuhan bisa membuat lingkaran segitiga?
4. Apakah Tuhan bisa membuat garam tanpa rasa asin? Dan seterusnya.
Lalu bagaimana iman Kristen menanggapi atau menjawab paradoks ini?.
Pertama, kita harus perhatikan kemana pertanyaan ini diajukan? Pertanyaan ini menurut saya sifatnya general atau sangat umum. Pertanyaan ini diajukan kepada penganut ketuhanan secara umum (generic theism). Karena tidak jelas diajukan kepada tuhan yang mana?, Karena pada dasarnya agama-agama didunia memiliki doktrin ketuhanan yang beragam, dengan atribut-atributnya yang bermacam-macam.
Jikalau pertanyaan kontradiktif ini diajukan kepada tuhan agama lain yang kontradiktif juga, maka biarlah penganut agama tersebut yang menjawabnya, tapi kekristenan kita bukanlah sebuah agama yang kontradiktif, Kekristenan tidak pernah melawan hukum-hukum logika. Allah Kristen adalah Allah yang logis, rasional dan tidak bisa menyangkal diri-Nya (2 Tim 2 :13). maka pertanyaan ini menjadi tidak relevan, dan bukan untuk dijawab tapi malah harus dibongkar kecacatan logisnya.
Sekarang mari kita bongkar kecacatan logis dari pertanyaan ini. Pertanyaan ini secara logika menabrak hukum kontradiksi (aturan untuk berpikiran logis).
Hukum kontradiksi logika berkata bahwa A pada saat yang sama dan dalam pengertian yang sama tidak bisa menjadi non A, atau dengan kata lain sesuatu pada saat yang sama dan dalam pengertian yang sama, tidak bisa menjadi sesuatu itu dan bukan sesuatu itu.
Sebuah garis tidak bisa lurus dan bengkok pada saat yang sama atau di titik yang sama, jikalau sebuah garis lurus dan bengkok, bisa saja garis itu lurus di bagian lain kemudian bengkok di bagian yang berbeda, tapi tidak bisa suatu garis lurus dan bengkok dalam satu titik atau bagian yang sama.
Secara implisit pertanyaan diatas juga seolah-olah bertanya bahwa "Bisakah Allah mahakuasa dan tidak mahakuasa dalam waktu yang sama dan dalam pengertian yang sama?". Ini jelas pertanyaan yang cacat logis atau dengan bahasa sehari-hari kita bisa sebut saja bahwa ini pertanyaan "ngawur".
Gregory Koukl bahkan menyebut pertanyaan ini sebagai pertanyaan palsu dan sama saja seperti bertanya, "Bisakah Tuhan menang adu panco dengan diriNya sendiri?, "Atau jika Allah yang memukul diriNya sendiri, maka siapa yang akan menang?" (Tactics Hal 133).
Pertanyaan ini juga mengasumsikan bahwa Tuhan seolah-olah dua dan bukan satu, karena kalimat perbandingan "lebih kuat dari" hanya bisa digunakan ketika ada dua subjek, sehingga bisa membandingkan subjek yang satu dengan subjek yang lainnya.
Jadi pertanyaan diatas sudah bisa terjawab, dan jawaban untuk pertanyaan ini adalah dengan cara membongkar kecacatan logisnya. Pertanyaan ini pun tidak membuktikan apapun tentang kelemahan Tuhan. Karena pertanyaan ini memang sudah salah secara aturan logika.
SALAM...
Penulis
Mantap ema
BalasHapusThanks Ine
Hapus