Langsung ke konten utama

DOKTRIN TRITUNGGAL DAN LATAR BELAKANG DIADAKANNYA KONSILI NICEA TAHUN 325 MASEHI




1. Bapa Gereja yang bernama Tertulianus (155 -230), menyatakan suatu istilah terkait sebutan Tritunggal yaitu “Una Substantia Tres Personae”, yang berarti Satu substansi/hakikat dalam Tiga Pribadi. Istilah tersebut sebagai istilah untuk menekankan suatu fakta dalam Alkitab mengenai Keesaan Allah yang bersifat Tritunggal berdasarkan pemahaman Alkitab secara menyeluruh dan tuntas. Tidak seperti kaum Sabelian yang terjebak pada literalisme teologia dan tanpa melihat kebenaran secara utuh.

2. Dalam doktrin tersebut Keilahian Bapa – Anak – Roh Kudus adalah setara dan satu hakekat. Sehingga Pribadi Anak atau Logos dan Roh Kudus dipahami sebagai pribadi – pribadi yang berhakikat Allah sama seperti Bapa

3. Doktrin Allah Tritunggal ini dipertahankan oleh gereja pada saat itu, meskipun terus diserang oleh bidat-bidat pada era tersebut seperti Monarchianisme, dimana tokohnya adalah orang-orang seperti Praxeas dan Sabelius

4. Pada Tahun 318 M terjadilah suatu perdebatan antara dua tokoh lain yaitu,  Arianus (Presbyter) yang mewakili Anti Tritunggal  dan  Alexander (Uskup) yang mewakili ajaran Tritunggal, dimana mempercayai Logos adalah setara dengan Bapa dalam Keilahian.

5. Isi perdebatannya menyangkut relasi Bapa dengan Logos, Dimana Arius menyatakan bahwa  yang berstatus Allah hanyalah Bapa bukan Logos atau Sang Anak.  Sedangkan bagi Alexander, Allah Bapa dan Logos atau Anak adalah satu hakikat dalam ke-Allahan.

6. Perdebatan tersebut mengkuatirkan seorang Kaisar yang bernama Konstantin, dengan suatu kekuatiran bahwa kesatuan gereja Negara dapat terpecah belah hanya persoalan doktrin (dalam pandangan Kaisar)

7. Akhirnya Kaisar Konstantin mengundang Konsili Oikumenis yang terdiri dari 250 dan 300 Uskup atau Theolog untuk menyelesaikan persoalan teologis terkait Keilahian Bapa dan Logos / Anak pada saat itu. Dan Konsili tersebut diadakan di Nicea pada tahun 325 M.

8. Dalam konsili tersebut, kubu dari Arianus yang tidak mempercayai  bahwa Bapa dan Logos adalah Satu hakikat dalam ke-Allahan,  tidak dapat mempertanggungg-jawabkan doktrin mereka secara tuntas. Sehingga Arianus dan Arianist lainnya kalah dalam perdebatan dan diberi gelar Bidat. Arius dipecat dan dibuang.

9. Sehingga keputusan mengenai doktrin yang menyatakan bahwa Sang Logos (Anak Allah) itu adalah Pribadi Allah atau Tuhan, bukan diangkat atau diputuskan oleh Kaisar Konstantin melainkan diteguhkan kembali dalam konsili tersebut oleh para Theolog berdasarkan keyakinan ortodoksi yang sudah ada sebelum konsili Nicea diadakan.(Istilah Ortodoksi dalam konteks ini bukan dalam arti Gereja Ortodoks timur, melainkan suatu istilah untuk menekankan suatu keyakinan yang benar/lurus berdasarkan ajaran para Rasul).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB IMAN KRISTEN   (1). 2 Korintus 5:21 berkata Dia yang tidak mengenal dosa, telah dibuat-Nya menjadi dosa. Jika Yesus adalah Allah yang tanpa dosa mengapa ayat ini berkata bahwa Yesus telah dibuat oleh Allah Bapa menjadi berdosa, jika demikian bagaimanakah Yesus bisa menebus manusia yang berdosa, kalau diri-Nya sendiri saja berdosa? JAWAB : Kalimat "telah dibuat menjadi dosa" itu artinya Yesus memang tidak berdosa, dan memang Dia harus tidak berdosa agar bisa memenuhi syarat sebagai penebus, sebab kalau Dia juga berdosa, maka Dia tidak layak menjadi penebus, malah Dia sendiri juga butuh ditebus.  Lalu apa artinya ayat ini? Ayat ini berarti Yesus yang secara inheren (pada diriNya sendiri) adalah tidak berdosa,"menjadi berdosa" karena dosa-dosa manusia ditimpakan kepadaNya. Jadi yang seharusnya dihukum karena dosa adalah kita sebagai manusia yang berdosa, tapi hukuman dosa kita ini ditimpakan kepada Yesus. Jadi Yesus "menjadi berdosa" disini karen...

APAKAH KETETAPAN ALLAH SELALU SINKRON DENGAN KEPUTUSAN MANUSIA?

Shalom pembaca yang budiman. Kali ini saya membagikan diskusi singkat saya dengan seseorang di Facebook yang bernama Andi. Dan karena saya merasa bahwa topik diskusi ini cukup menarik, saya akhirnya memutuskan untuk mendokumentasikannya. Diskusi ini berawal dari status FB Pak Heno Soeroso (seorang teman FB) yang me-repost sebuah video akun fanpage Mazmur. Isi video tersebut berbicara tentang 3 macam keputusan Tuhan. Link videonya ada di sini  https://www.facebook.com/share/v/onD1Lhx6deEVjhWb/?mibextid=oFDknk . Dan berikut cuplikan diskusinya : Dionisius Daniel Goli Sali : Ini pandangan dari orang yang tidak mengerti providensi Allah. Andi : Saya juga termasuk orang yang tidak mengerti tentang providensi Allah. Barangkali anda bisa jelaskan? Dionisius Daniel Goli Sali : Baik. Secara singkat saja. Providensi Allah tidak pernah merampok kebebasan manusia dalam menentukan pilihan/membuat keputusan. Pada saat manusia membuat keputusan, keputusan itu lahir dari pertimbanga...

MEMBUNGKAM CELOTEH DAN KEBODOHAN EDY PRAYITNO SANG MUALAF ODONG-ODONG Oleh: Arianto Tasey Rupanya Edy Prayitno sang mualaf odong-odong tidak menerima ketika kebodohannya dalam membaca dan mengutip ayat Alkitab untuk mendukung asumsi liarnya bahwa sebutan “Ibu” dalam Yohanes 20:15 itu adalah kepada Maria ibu Yesus, telah dibungkam oleh pendeta Esra Soru. Dalam sesi Tanya jawab pada momen debat lintas agama yang diselenggarakan oleh “MUALAF CENTER AYA SOFYA” pada tanggal 30 Juli 2024 yang lalu, Pendeta Esra Soru secara mantap membungkam kebodohan Prayitno. Pendeta Esra Soru memberikan argumentasi dari ayat Firman Tuhan bahwa sapaan “Ibu” dalam teks tersebut bukanlah kepada Maria ibu Yesus tetapi kepada Maria Magdalena. Dari mana kita mengetahuinya? Ayat 1 dari Yohanes 20 secara eksplisit memberitakan bahwa Maria Magdalena lah yang disebut di sana. Yohanes 20:1 “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bah...